Kamis, 19 November 2015

Filep Karma Sedang Pidato Perdana setelah tiba dari LP Jayapura dan diteman Viktor Yeimo Katua UMUM KNPB

Jayapura-suarapasema.blogspot.com- Pemimpin Besar Papua Merdeka Bapak Filep J. Karma, Bebas karena di berikan remisi tiga bulan sehingga keluar dari penjara kecil ke penjara besar bertepatan dengan Hut Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Ke 7 yang mana telah dilaksanakan di Lapangan Moseum Expo-Waena, Papua. 
KNPB mengundang kepada Salah satu Tokoh Pejuang Papua Merdeka Selama 15 Tahun Penjara karena Filep Karma ditangkap ketika kibarkan Bendera Bintang Kejora di Abepura, pada tanggal 1 Desember 2004 lalu. Ia di jatuhi hukuman lima belas tahun penjara, tiga kali lebih lama dari tuntutan jaksa, pada akhirnya Bebas tiga bulan karena diberikan remisi dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Jayapura, Papua pada 19 November 2015. 

Filep Karma sangat Spesial untuk KNPB karena di hari ulang tahun knpb ke 7 yang jatuh pada 19 november 2015.  Tokoh Pejuang Papua merdeka terkenal telah bebas karena di berikan remisi tiga bulan karena sudah lebih dari 10 tahun di tahanan dan bisa pidato perdana serta menghadiri acara hari ulang tahun knpb ke 7 ini.
Tepat pada jam 10.00 Komite Nasional Papua Barat yang dipimpin oleh Ketua Umum Viktor Yeimo dengan ratusan Masa Jemput Filep Karma di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I Jayapura dan kemudian diantar dengan masa menuju ke tempat kegiatan untuk menghadiri HUT KNPB. 
Kemudian Masa Jemput dan Pawai sambil membawa Tuan Filep berkeliling di lapangan dengan Mengucapkan Jel-Jel “ Papua.. Merdeka;  Papua.. Merdeka; Papua.. Merdeka;  Filep Karma.. Hidup; Filep Karma.. hidup; Referendum.. Yes; Referendum.. Yes” Kemudian dilanjutan dengan Pidato Perdana yang di sampaikan oleh Filep Karma.

Filep Karma dalam menyampaikan Pidatonya bahwa saya tidak sangkah bisa bersama teman-teman Pejuang di tempat ini. Jangan melihat bahwa penjara tetapi penjara adalah kita pejuang Papua merdeka yang ada dalam kota maupun di luar kota punya rumah.
Saya Menghadiri di HUT KNPB karena KNPB adalah teman-teman saya kami berjuang untuk Papua Merdeka. Saya Menghormati dan menghargai KNPB maka saya menghadiri di acara HUT KNPB  dan saya di bebaskan di hari ulang tahun KNPB.

Kalau Mau berjuang Jangan ada rasa takut di hati, jadi seorang pejuang hancurkan dulu rasa takut di hati. Seorang pejuang walaupun pegawai negeri sipil siapa berjuang untuk Papua Merdeka, Jadi Polisi siap berjuang untuk papua merdeka, jadi tentara Nasional Indonesia (TNI) angkatan darat, udara, laut siap berjuang untuk papua merdeka karena kapanpun kita bukan orang indoesia. Karena orang Indonesia melihat orang papua sebagai monyet, binatang karena buktinya Kasus Paniai, Timika, Yahukimo, Tolikara Sampai saat ini belum selesai. Indonesia hanya meliaht dan merampas harta kekayaan alam emas di Freeport dan di Bintuni, Kayu Gaharu, Ikan di laut. Mereka tidak Peduli dengan orang papua Kulit Hitam Keriting Rambut maka kami dibunuh pun sampai hari ini kami tidak ada keadilan.

Dulu orang tuan berjuang di hutan-hutan di tempat sembunyi tetapi perjuangan hari ini kita bawah di dalam kota. Ini siapa punya tanah? Kau punya Nenek moyang Punya atau saya punya nenek moyang punya. Kau punya tanah dimana? di Jawa Madura, di Sulawesi, Kalimantan. Kau punya rumah disana, tanah disana, kau lahir disana dan di tempat pulau papua adalah milik kami orang papua. Kami hanya bicara papua merdeka saja kenapa kau marah dan tangkap padahal negara demokrasi. Kami tidak menembak? Kami berjuang secara damai di dalam kota. 

Kami bicara papua merdeka pertama kami takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Kami berjuang untuk kemerdekaan Papua kita harus percaya Yesus sungguh-sungguh, Kenapa saya bicara percaya Yesus sungguh? Kita renungkan bersama. Yesus melihat orang yang tertindas melihat bahwa rasa belas kasihan. 

Saya kerja dan menjadi pegawai dan bisa mendapat jabatan sebagai kepala dinas atau kepala bagian tetapi saya melihat rakyat papua menderita maka saya berjuang untuk papua merdeka.

Filep Karma menegaskan tekadnya untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Papua secara damai dan martabat.

“Papua belum merdeka, berarti perjuangan saya belum selesai. Saya akan terus berjuang sampai Papua merdeka."
Kemudian, Ketum KNPB, Victor F. Yeimo, menegaskan, Filep Karma merupakan pemimpin kemerdekaan Papua yang paling dihormati, dan telah bebas dari penjara kecil, dan kini telah bergabung bersama rakyat Papua ke penjara besar.

“Bapak Karma waktu di dalam penjara kecil diperhatikan, makan disediakan, dan sejumlah pelayanan lainnya, tapi bapak di penjara besar ini akan melihat penderitaan, perjuangan, serta penindasan Indonesia atas rakyat Papua Barat,” kata Yeimo.

Mewakili seluruh anggota KNPB, Yeimo menyampaikan ucapan selamat datang kepada Filep Karma ke dalam penjara kolonial Indonesia yang lebih besar.

“Bapak akan ada bersama-sama kami, dan akan berjuang bersama kami untuk menunju pembebasan nasional bangsa Papua Barat yang dicita-citakan,” kata Yeimo.

Tambah Viktor Yeimo “jangan pernah berpikir bahwa orang papua mendapat keadilan dari indonesia. Wahai Penjajah, Di manakah hati nuranimu jangan pernah bertanya karena dia hanya ada untuk membunuh dan menguasai tanah papua. Maka itu kita harus lawan, lawan dan lawan, karena hukum kolonial indonesia di buat untuk membunuh dan menindas anda dan saya serta menguasai tanah kita maka itu Kita berjuang untuk mengakhiri penindasan ini. Kata Viktor Yeimo. (Suara Pasema).


Senin, 19 Oktober 2015

Ketika Liput berita Tetang Pelanggaran HAM dan Genosida di Papua Aarat Selalu  Mengkrimilisasi Wartawan



Vanimo-Suarapasema.blogspot.comSekertaris Umum Komite Nasioanal Papua Barat (KNPB) Pusat Ones Nesta Suhuniap menghimbau kepada rakyat Papua dengan tutupnya Ruang Demokrasi bagi rakyat Papua untuk menyampaikan pendapat dimuka umum dan Tutupnya akses Jurnalis asing masuk ke Papua serta diskriminasi terhadap orang papua, Maka Mengajak kepada orang Papua menjadikan Media sosial tempat untuk kita berkampaye Papua Merdeka”.Tulis Ones Suhuniap dalam Pesan yang di Terima media Suarapasema.blogspot.com, Jumat (16/10/2015) Melalui Email.
Kata Ones Suhuniap “Facebook, Twiteer, Intagram, Google, Blogger, BBM, Lindkelin Youtobe, Website dan media sosial lainya, Sangat berguna untuk mengetahui perkembangan dunia maupun Ilmu pengetahuan yang belum pernah kita pelajari sebelumya dari Pendidikan kolonial Indonesia selama 54 Tahun. Mengunakan media sosial banyak manfaat yang kita dapatkan dan kita bisa mengetahui setiap peristiwa yang terjadi di Tanah Papua dari Sorong sampai Merauke”.
“Orang Papua pentingnya menulis terutama kepada Mahasiswa dan Pemuda untuk membangun pemahaman dan membagikan informasi-informasi yang akurat kepada Dunia Internasional dari setiap pelanggaran HAM dan Genosida di Papua Barat, Melihat dengan poisisi kita orang papua kita jangan jadikan media sosial tempat untuk melampiaskan emosi, cari jodoh dan bergosip di media saja tetapi kita berjuang untuk Papua juga”.Ujar Nesta
Nesta Suhuniap juga mengajak kepada aktvis Papua Merdeka di Tanah air Sorong sampai Merauke, Dari Ternate Sampai Bali maupun dimana saja berada jangan kita membuang waktu dan kesempatan yang ada. Tetapi gunakan media sosial untuk memberikan kontribusi terhadap perjuangan Papua merdeka dan selamatkan Manusia Ras Melanesia di Papua Barat yang sedang menuju pada kepunahan di Daerah Sendiri. Jelas Nesta.
Diam dan tunduk dibawah kaki kolonial Indonesia menjadi penghianat maka itu mari Kita bangkit melawan kolonial Indonesia dengan memanfaatkan kesempatan dan andalkan bakat masing-masing pribadi untuk mengkampayekan Papua merdeka dengan kerja-kerja Individu maupun Universal? itu Pekerjaan Rumah yang harus dilakukan oleh semua orang Papua”. Kata Nesta. (Suara Pasema).

Rabu, 14 Oktober 2015

Adrian Pereira, Wakil Presiden Pax Romana Asia Pasific.

Papua-imipasulut.blogspot.com- Pax Romana Asia Pasific: Indonesia tidak punya komitment untuk hak asasi manusia di Papua Barat.

Setiap orang memiliki hak untuk berorganisasi, menyampaikan pendapat dan bereskpresi sebagaimana di atur dalam kovenan hak sipil dan politik dari Perserikatan Bangsa Bangsa dan juga dijamin dalam Undang Undang Republik Indonesia, tapi tidak diberlaku di tanah Papua.

Pada tanggal 8 Oktober 2015, sejumlah mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam  kelompok SKP HAM disiksa  oleh pihak Kepolisisan POLDA Papua ketika aparat Kepolisian melakukan pembubaran paksa disaat massa aksi sedang melakukan aksi damai menuntuk proses penyelesaian kasus Paniai Berdarah pada 8 Desember 2014 silam. Sekitar sembilan belas orang telah disiksa dan ditahan oleh pihak Kepolisian Polda Papua. Aparat Kepolisian Polda Papua beralasan bahwa massa aksi tidak memiliki ijin dari pihak Kepolisian untuk aksi damai.

Menyikapi peristiwa pembubaran, penangkapan, dan penyiksaan beberapa mahasiswa dan beberapa frater dari Ordo Fransiskan dan OSA oleh aparat kepolisian Polda Papua, maka kami Pax Romana Asia Pasific - sebagai Asosiasi persatuan profesional dan intelektual Katolik international yang bertujuan untuk menciptaptakan dunia yang damai, adil dan berkelanjutan, dan diakui oleh Takhta Suci (Vatikan) danaktif dalam jaringan masyarakat sipil internasional seperti Konferensi Non-Governmental Organizations. Ini memiliki hubungan konsultatifdengan PBB mengutuk dengan tegas tindakan pihak kepotilisan. Kami menilai bahwa aparat kepolisian telah melakukan pelanggaran terhadap hukum dan ham, khususnya hak untuk bebas berbicara dan berpendapat di muka umum sesuai diatur dalam kovenan hak-hak sipil politik dan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, secara khusus dalam UU No. 9 tahun 1998. Adrian Pereira, Wakil Presiden Pax Romana untuk wilayah Asia dan Pasifik menyetakan turut prihatian atas semakin memburuknya praktek demokrasi di tanah Papua. "Kami melihat bahwa praktek Demokrasi di Papua semakin memburuk. Tidak membaik, meskipun Indonesia kini memiliki Presiden dari sipil," tegas Adrian Pereira. Lebih lanjut, Adrian Pereira menegaskan bahwa kini ada di tanah Papua ada begitu banyak orang ditangkap dan dipenjarahkan tanpa proses hukum yang adil dan berpihak pada kebenaran. "Indonesia telah keliruh, bahkan salah, dalam menyelesaikan konflik di tanah Papua. pendekatan pola militer yang masih diterapkan oleh Pemerintah Indonesia menjadi masalah besar untuk kehidupan berdemokrasi di tanah Papua. Peristiwa pada tanggal 8 October 2015 menjadi gambaran terbaru untuk kita semua bahwa Pemerintah Indonesia tidak menjalankan prinsip demokrasi dan hak asasi manusia di tanah Papua."

Sementara menurut Anne Beatrice, koordinator Program Pax Romana Asia - pasific untuk Papua menegaskan bahwa sudah saatnya pihak Pemerintah Indonesia memberlakukan prinsip-prinsip demokrasi dan ham di tanah Papua dengan membebaskan wartawan asing dan pekerja hak asasi international untuk bekerja di tanah Papua tanpa melalui clearing house yang dibentuk oleh Pemerintah. "Joko Widodo telah menyatakan untuk membuka akses kepada wartawan asing untuk meliput di Papua, tapi mengapa masih ada "clearning hause" untuk para wartawan dan pekerja ham. Ini tidak dibenarkan", tegas Anne. Lebih lanjut, "Kami juga mendapat kabar bahwa hari ini, 9 Oktober 2015, seorang aktivis KNPB atas nama Agus Kossay telah ditahan oleh aparat keamanan terkait dengan aktivitasnya mendampingi wartawan asing asasl Prancis ketika melakukan liputan di Okhika, Pegunungan Bintang, Papua", tegasnya.

Oleh karena itu, Pax Romana Asia Pasific menilai bahwa Pemerintah Indonesia tidak  memiliki komitmen untuk melindungi, mempromosikan dan memulihkan hak asasi orang asli Papua.

Salah seorang biarawan Katolik dari Ordo Fransiskan Provinsi Papua, Yulianus Pawika ketika di intimidasi polisi di Abepura, Kamis 


Sulut_Suarapasema.blogspot.com- Pembubaran paksa Demo Damai Skp Ham Papua menunjukan upaya menutupi ketidak mampuan Kepolisian mengungkap kasus paniai berdara dan 12 kasus lainya.



Jangan pernah katakan ini negara demokrasi jika tidak ada demokrasi di Papua. Jangan pernah katakan bahwa, Negara Kolonial indonesia adalah negara Hukum jika Para penegak hukum menjadi pelaku, dan ada diskriminasi dalam penegakan hukum di Papua. Jangan pernah katakan bahwah kolonial Indonesia menunjung tingi Nilai-nilai HAM, jika tidak penegakan HAM dan para Aprarat negara Tidak pernah menghargai dan menghormati HAM di Papua. Jangan pernah sebut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Jika tidak ada kedilan di Papua

Pembubaran Paksa Dan penakapan terhadapa masa aksi demo damai menutut segera selesaikan kasus paniai berdara 8 desember 2014, yang dikordinir oleh SKP HAM Papua Pada hari rabu 8 oktober 2015 adalah pembungkaman demokrasi di Papua Barat.

Kepolisian tidak mampu mengusut tuntas para pelakukan yang melakukan pemusnahan terhadap orang melanesia di Papua Barat, kepolisian terus menjaga dan melingdungi pelaku kejahatan yang selalu mengambil nyawa manusia papua, penegak hukum terus membiarkan pelaku berkeliaran di tanah ini. Maka secara tidak langsung aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian bisa dikatakan pelaku kejahatan di Papua. Hal ini bisa kita lihat dengan pembubaran aksi demo damai yang dilakukan SKP HAM tidak ada unsur politik namun Polisi secara paksa membubarkan paksa, karena mereka (POLISI) berusaha menutupi kasus paniai namun ada yang berusaha dan terus mengkampanyekan kasus tersebut sehingga harus dibubarkan karena menjaga nama baik intitusi kepolisian di Papua. Jika kasus ini terus menjuarahakan dengan mempercepat penyelidikan oleh Tim Ad Hoc maka tentu intitusi TNI/POLRI di papua akan diperiksa dan penyelidikan lebih mendalam sehingga kepolisian tidak mau mereka diperiksa, dan hal ini juga mengambarkan ketatakutan pihak aparat terhadap Tim Ad HOC. Oleh TIM Ad HOC oleh sebab itu mereka harus membubarkan aksi demo tersebut dibubarkan paksa, sebab kalau dibiarkan maka ancaman bagi mereka.

Penagkapan terhadap piarawan katolik dan sejumlah Aptivis HAM menujunjukan ketidakmampuan kepolisian untuk mengungkap sejumlah kasus yang terjadi di tanah Papua. Hal ini juga bagian dari trik kepolisian untuk menutupi ketidakmampuan mereka untuk menyelesaikan kasus Paniai tetap, juga kasus lain yang diduga dilakukan oleh kepolisian dan TNI di tanah Papua selama ini.

Kepolisian selalu menkampanyekan dirinya sebagai penegak hukum pengayom pelindung rakyat namun kenyataan berbicara lain. Pelindung rakyat kini menjadi aktor kekerasan terhadap rakyat sipil di Papua dengan kata lain Pagar makan tanaman. Rakyat papua tidak percaya lagi terhadap penegakan hukum di papua. Ada diskriminasi penegakan hukum di Papua, contoh dalam kasus tolikara di media masa dan pihak kepolisian lebih banyak berbicara tentang kebakaran Musolah tetapi 11 orang ditembak dan 1 mengginggal dunia tidak pernah disoroti.

Dari sejumlah kasus yang terjadi baik penegkapan, penyiksaan, penembakan pengerebekan intimidasi dan teror terhadap rakyat papua secara umum dan lebih khusus aktivis di tanah Papua diduga ada keteribatan penegak hukum dalam hal ini intitusi TNI/POLRI di tanah Papua. Karena kasus kasus penembakan yang terjadi di Papua tahun 2014-2015 tidak pernah diusust tuntas oleh kepolisian sebagai penegak hukum. Dalam catatan saya pada tahun 2014-2015 , sekitar 11 kasus kekerasan dan pembunuhan serta penyiksaan baik yang dilakukan oleh aparat secara terang-terangan maupun pembunuhan misterius polisi tidak peranah mengust tuntas mengungkap pelaku kejahatan di Papua.

Kasus-kasus tersebut adalah :
5. Pembunuhan Misterius yang diduga dilakukan oleh aparat kepolisian yang berpakian pereman atau militer non oragani di Yahukimo pada tanggal 04 maret 2015, salah satu anggota KNPB yahukimo DENI BAHABOL, dibunuh aprat lalu dibuang di sungai dengan diisi dalam karung.
1. Pembunuhan Masal di Paniai 8 desember 2014, menewaskan 4 pelajar dan puluhan lainya terluka, 2. Penembakan terhadap anak kepala suku FIT NAWIPA, Kepala suku umum timika FIT NAWIPA gorong-gorong timika, Polisis menembak Meki Nawipa Umur 19 Tahun , Sabtu 10 januari 2015 malam, pukul 21.45 malam di Gorong-Gorong Timika. 3. Penembakan Pembubaran Paksa penggalangan dana Kemanusiaan Untuk Vanuatu di Yahukimo tanggal 19 Maret 2015, polisi menembak mati Obang Segenil, dan 6 orang lainya terlukan akibat penembakan yang dilakukan kepolisian. 4. Penembakan di Dogiyai satu orang tewas atas nama PODEPA AGAPA 14 anak sekolah dan 7 orang lainya terluka, pada tanggal 26 juni 2015
11. Penculikan dan penyiksaan oleh polisi terhadap 3 pemuda di pante besyi G jayapura pada tanggal 27 Agustus 2015.
6. Penembakan 11 orang di Tolikara dan 1 orang atas nama EDI WANIMBO dan 10 orang lainya terluka akibat timah panas aparat, pada tanggal 17 juli 2015 7. Penembakan terhadap 6 warga sipil di timika Pada tanggal 28 agustus 2015, menewaskan, EMANUEL MAIRIMAU, YULIANUS AKOARE dan 4 orang lainya terluka akibat timah panas TNI 8. Pembunuhan dan penikaman serta pembakaran di organda yang mengakiatkan korban mahasiswa di kamkey pada tanggal 9 juni 2015 9. Pembunuhan terhadap KALEB BAGAU di timika pada tanggal 28 sebtember 2015, dilakukan oleh kepolisian. 10. Pemunuhan YAMES KOGOYA yang dilakukan oleh Militer Non organik kemudia dibawah ke Rumah sakit abe pada tanggal 24 september 2015, diduga dilakukan oleh Militer non organik.
Hal ini juga satu bagian dari genosida dan pemusnahan ras melanesia di Papua barat, dilakukan secara sistematis masif dan terstruktur oleh aprat baik dari TNI/POLRI maupun Militer non organik di Papua Barat.
12. Penagkapan dan penyiksaan terhadap salah satu pemudah di merauke oleh kepolisian pada tanggal 28 september 2015.

Menurut catatan saya sekitar 12 kasus yang menonyol di Papua satu tahun terakhir ini, tidak satu kasus pun kepolisian dapat mengungkapkan pelaku dan mengusus tuntas. Terkesan kasus –kasus ini dibiarkan, sehingga para pelaku terus membunu manusia papua. Kepolisian tidak pernah menyelidiki kasus-kasus ini sebagai penegak hukum dan juga aparat kepolisian sebagai mitra kerja masyarakat seharunya ada upaya pelindugan rakyat harus dilakukan dan para pelaku harus ditangkap dan diadili supaya ada rasa keadilan bagi masyarakat. Namun yang kita lihat hari ini para pelaku terus dipelihara karena ketidakmapuan kepolisian kolial indonesia di papua Barat.
Hanya kebebasan bangsa yang akan mampu menjawab, dan menyembukan luka bati rakyat Papua, karena kolonial indonesia tidak mampu memjamin nasib masa depan orag melanesia Papua Barat. Rakyat Papua jangan anda terlenah dalam hegemoni kolonial indonesia hari ini, karena semua dia lakukan (kolonial) indonesia adalah malapetakan bagai ras malanesia di Papua Barat.

Maka jangan heran jika pada tanggal 8 oktober 2015, lalu aparat kepolisian membubarkan demo damai yang dilakukan oleh SKP HAM papua dibubarkan paksa oleh kepolisian, untuk menutupi ketidak mampuan mereka. 

Jangan pernah katakan ini negara demokrasi jika tidak ada demokrasi di Papua. Jangan pernah katakan bahwa, Kolonial indonesia negara Hukum jika Para penegak hukum menjadi pelaku, dan ada diskriminasi dalam penegakan hukum di Papua. Jangan pernah katakan bahwah kolonial Indonesia menunjung tingi Nilai-nilai HAM, jika tidak penegakan HAM dan para Aprarat negara Tidak pernah menghargai dan menghormati HAM di Papua. Jangan pernah sebut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Jika tidak ada kedilan di Papua. (suara Pasema).


Sabtu, 08 Agustus 2015

Saat Mahasiswa HIMPY Melaksanakan Penerimaan Anggota Baru


Manado-Imipasulut.blogspot.com- 8/8/2015 Himpunan  Pelajar dan mahasiswa Yalimo (HIPMY) Telah melaksanakan Penerimaan Anggota Baru dari tanggal 6 dan 8 di Asrama Kamasan VIII Tomohon.


Dalam kegiatan peneriaman ini dilaksanakan pada hari yang berbeda dengan hari pertama pada tanggal 6 di fokuskan untuk Memberikan Materi di Asrama Yalimo dan Kemudian untuk tanggal 8 Agustus 2015 Melaksanakan Kegiatan Ibadah dan sekaligus menerima Anggota Secara Organisasi Oleh Pembina, Pengarah dan Badan Pengurus HIPMY.
Dalam Kegiatan Ibadah Penerimaan Anggota Baru Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Yalimo, ini dihadiri dari beberapa Kota Study Tondano, Manado, Kairagi Polik dan Tomohon, yang ada di sulawesi Utara, dengan Jumlah yang hadir 120 Orang.
Thema        : “ Diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” Yohanes 15: 5
SubThema : Melalui Penerimaan dan Pembinaan Anggota Baru HIPMY ini, Anggota yang akan diterima mampu beradaptasi, Bersaing, Bertanggung Jawab dalam Dunia Kampus, Organisasi dan di Manapun Berada.
Ibadah Dipinpin Langsung Oleh Pdt. Otni Yarengga, Dibawakan Firman Tuhan dari Thema yang sudah ditetapkan Oleh Panitia “ Diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” dalam Kitab Yohanes 15: 5.
Segala Sesuatu yang kita pikirkan sebelum itu Ingatlah dahulu kepada Tuhan Karena Kami selalu Membutuhkan Tuhan Allah lebih dari pada Lain-lain. Karena Segala sesuatu hanya Dia Oleh Dia sepanjang hidup sampai Kematian. Ada Filosophy Diantaranya Jari.
Jari Jempol Menandakan kepada kehebatan pada seseorang, Yang Berbuat Benar atau baik dan sebagainya.

Kemudian Jari Telunjuk digunakan untuk menunjuk sesuatu, yang baik atau tidak baik. Kemudian untuk Jari Tengah karena Ia Ditengah sehingga Muncullah Kesombongan bahwa saya yang paling tinggi dari semuanya. Kemudian Jari Manis adalah jari dimana bisa dipasang Cincin sehingga disebut Manis karena ada Makotannya, Sedangkan Jari Kelingking adalah jari yang Paling terkecil dia antara Semuanya, dan Ia Merupakan Patut diargai karena Dia Termasuk tangan.
Maka diambil kesimpulan dari berbedaan Jari tetapi ia tetap disebut sebagai Tangan karena Ia ada Dalam Satu Kesatuan.
Tangan Ini Mengambarkan Perbedan Sifat dan Kareakter yang Berbeda-beda tetapi kami adalah Satu Kesatuan  dari Perbedaan yang ada. Sepintar apapun kita bisa puji dan hebat namun Suatu saat bisa Gagal tetapi kalau kita tinggal dalam Tuhan Hal itu tak akan terjadi kegagalan.
Maka  kami mahasiswa Papua yang ada di sulawesi Utara dan Khususnya Mahasiswa Yalimo, Kami adalah satu Kesatuan, Tidak ada perbedaan diantara Kami, dan terus tingkatkan Kebersamaan, Jelas Otni dalam Khotbahnya.

                  Berikut hasil wawancara kami dengan Ketua Panitia, Pengarah dan Ketua Rukun HIMPY,
Raimon Peyon, “ Saya Sebagai Ketua Panitia Penerimaan Anggota Baru HIPMY” saya Menyampaikan Terima Kasih Kepada Wadah Organisasi Sosial, Keminan serta Seluruh Mahasiswa Papua yang ada di Sulawesi Utara dan Secara Khusus kepada semua Anggota HIMPY yang mana telah Bekerja Keras, Walaupun dalam pembentukan Panitia ini tidak Lama karena Banyak terjadi masalah terhadap mahasiswa Papua kemarin, Tetapi Puji Tuhan Kegiatan ini bisa sukses dengan Baik karena Atas Campur Tangan dan Pertolonga Tuhan, dan Juga Atas Bantuan Baik Tenaga Maupun Dana dari Teman-teman Mahasiswa Papua Serta atas Usaha Kerja Keras Mahasiswa Yalimo sehingga Bisa sukses, Biarlah kiranya Tuhan yang punya berkat akan memberkati kita semua.

Thobias Yohame, “Sebagai Ketua Rukun HIMPY” Menagatakan bawha Pada Tahun Angkatan 2015 Ini walaupun anggota Baru hanya 2 Orang dan Jauh berbeda dari jumlah sebelumnya tetapi Semangat Perjuangan dan Kerja keras dari Anggota tidak Menerun, semangat terus ada sehingga kegiatan penerimaan ini bisa berjalan Baik Sesuai dengan Harapan Kami Semua. Inipun juga tidak terlepas dari Bantuan Saudara dan Saudari Sekalian, Ujarnya.

Tambah Thobias, Kami Melaksanakan Kegiatan Untuk Memberikan materi di asrama Yalimo kemudian kami melanjutkan di Asrama Kamasan VIII Tomohon, dengan tujuan untuk Mengkaderkan, Kami tidak dibatasi dan dilihat dari Jumlah Anggotanya tetapi kami Terima disini dengan Tujuan agar Bisa saling Mengenal di Banyak Orang karena mereka juga adalah Kader selanjut Untuk Papua dan Khususnya Kabupaten Yalimo Kedepan.

Harapan dari Ketua HIPMY bahwa khusus anggota baru jangan putus asa teteap semangat dan kami akan Men support untuk Generasi Berikutnya datang kuliah disini dengan semangat dan agar selanjutnya lebih baik dari sekarang.

Maikel Mabel, S. Kep “Yang Merupakan Sebagai Pengarah” Menyampaikan bahwa pelaksanakan Kegiatan ini juga tidak terlepas dari tanggung jawab dan arahan dari kami Pengarah. Kami terus berpesan kepada pengurus merangkap dengan Anggota serta Anggota Baru untuk tidak perlu dipertimbanga dengan situasi dan kondisi lagi karena Allah Berfirman bahwa sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih,  maka itu mari melalui Organisasi ini dan kebersamaan Organisasi biasa ada dibawah Satu Honai Melalui Kebersamaan Organisasi dan kami tidak memisahkan antara satu dengan lain.
Kami melanjutkan Organisasi ini tidak bisa dipatokan dari Kekurang tetapi bagi siapa yang ingin bergabung mari bergabung melalui wadah IMIPA Besar atau Organisasi Masing-masing. Semoga bisa berperan aktif di Organisasi Masing-masing, dan tidak ada Perbedaan diantara Kami.

Hiskia Meage Sebagai Orang Tua Dan Ketua KNPB Konsulat Indonesia Tengah Menyapaikan dalam Sambutannya Berpesan Kepada Seluruh Mahasiwa Papua Dari Sorong Sampai Samarai Untuk Terus menjaga keamanan dan Kenyamana di Sulawesi Utara serta Terus Tingkatkan Kebersamaan, Karena Tidak ada Perbedaan diantara kami Orang Papua yag ada dan tak ada lagi Orang Tua kami akan datang bicara seperti ini, Jelasnya. Suara Pasema

  

Kamis, 06 Agustus 2015








Tondano, IMIPA-Ikatan Mahasiswa Indonesia papua IMIPA Cabang Tomohon telah melaksanakan kegiatan Penerimaan Anggota baru 2015/2016 di Asrama Kamasan VIII Tomohon, Kelurahan Talete II, Kecamatan Tomohon Tengah, Kota Tomohon.  pada 6 Agustus 2015, dan Sesalkan karena Penerimaan aggota tahun ini sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. 

IMIPA Cabang Tomohon Secara Resmi Menerima Anggota baru tahun 2015 sebanyak 26 Orang, dan mereka ini tersebar dari mahasiswa Baru, 11 Orang Mahasiswa Lama namun yang tidak ikut tahun 2014 Lalu.
.
 Ketika Kami Wawancara dengan Ketua Imipa Cabang Tomohon Agustinus Kanggoro, Mengatakan Bahwa Kami sangat menyesalkan tidakan kasus kriminal lalu di Tataaran kabupaten Minahasa, Kejadian 19 Oktober 2014, yang mana mahasiswa Asal Papua Petius Tabuni Korban Pembacokan. Terkait dengan itu maka mahasiswa Papua semua mereka memilih untuk tetap Kuliah di Papua dan Kota studi lain di luar sulawesi Utara.
Jau-jauh sebelum setiap kali penerimaan kami menerima Keanggota baru dalam Organisasi IMIPA jumlahnya 50 Lebih namun tahun 2015 ini sangat menurun drastis, karena Trauma sehingga selain sudah pulang, dan yang lain memeilih Kuliah di tempat lain dengan alasan sulawesi utara tidak nyaman.

Tambah Agustinus, Ya Begitu Namun kami tidak pata semangat kita untuk tidak melaksanakan Kegiatan penerimaan Aggota baru tahun 2015, tetapi kami tetap obtimis dan terus dengan semangat kami laksanakan Kegiatan Penerimaan, Jelasnya.

Saya sangat bangga dan berterima kasih Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Berkenannya sehingga kami Boleh Melaksanakan kegiatan  ini, saya juga sangat berterima kasih kepada Teman-teman TIM walaupun Jauh sebelumnya kami sudah bentuk dengan Tujuan Pengurus yang ambil Bagian,  sehingga atas kerja keras tak begitu waktu yang lam hanya selama 2 Hari dalam persiapan kegiatan ini berhasil sukses dengan baik, tuturnya.

Sebenarnya kami buat pada bulan Juli namun ada beberapa kendala sehingga TIM yang kami bentuk berusaha keras dengan cara begimaan Kegiatan ini sukses, kami sangat tidak sangkah kalau kegiatan terjadi seperti ini karena kami tidak Fokus dalam pencarian dana. saya menyampaikan terima kasih kepada Wakil Ketua IMIPA Yotam. B, yang Koordinir dan Amelia D, Inna yang membantu kerja sama kegiatan Sukses sesuai yang kita harapkan.

Yotam, dari Bulan Juli Tanggal belasan di tunjuk kapada saya  untuk menjalankan Roda Kepanitian Penerimaan Anggota Baru 2015, sehingga kami selama 3 pada bulan Agustus ini kami bekerja keras sehingga Puji Tuhan Kegiatan ini bisa terlaksana sesuai dengan yang kita harapkan bersama.
Dalam Kepanitiaan ini juga banyak tantangan tetapi Tuhan Luar biasa karena kita dan teman-teman seperjuangan Ikatan Indonesia Papua (IMIPA) begitus luar biasa topang kami dengan dana, Tenaga, Pikiran, begitu luar biasa membantu kami sehingga kegiatan penerimaan Agnggota Baru bisa Berjalan Baik Untuk itu kami TIM Menyampaikan terima kasih kepada kawan-kawan. Ujarnya.

Harapan saya melalui Penerimaan Anggota Baru diterima hari ini bisa ketika ada kegiatan Organisasi bisa ambil bangian dan bisa terlibat dan bisa belajar kepemimpinan di Organisasi Ikatan Mahasiswa Indonesia Papua (IMIPA). dan diucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Papua yang ada dari Sorong Sampai Samarai atas kerja kerasnya kegiatan ini bisa berjalan baik. (Suara Pasema).






Senin, 03 Agustus 2015

Saat Aparat kepolisisan dan Mahaiswa Papua sedang Bercerita.



Tomohon-suarapasema.blogspot.com- 4/8/2015, Aparat Kepolisian Polda Sulawesi Utara Datang dengan Senjata Lengkap Mengepung dan memeriksa di asrama-asrama dengan membawa Surut Penagkapan kepada Piter Weya dan Anna Gombo, terkait masalah pembunuhan saudara Nius Lokobal pada 26 Juli 2015 lalu, tanpa ada Perintah dari Kapolda Sulut tetapi hanya inisiatip bawahan.

Inteligent datang pada subuh jam 06 00, Wita, Saat Itu mahasiswa Papua sedang atau masih Istirahat, ketika ditanyai atas perintah siapa, dan dengan tujuan apa datang kesini, tetapi mereka mengatakan Bahwa Atas Perintah Bapak Kapolda Sulawesi Utara, Brigen Wilmar Marpaung, SH. Namun menurut hasil komunikasi kami dengan kapolda sulut mengaku dirinya tidak pernah ada diperintahkan untuk turun periksa di asrama-asrama atas pengakuannya.

Atas Perintah Bawahan untuk melakukan penangkapan terhadap Piter Weya dan Anna Gommbo, aparat yang datang 20 Orang dengan dipinpin langsung oleh Komandan Operasi Polda Sulut dan Gabungan Intelkam Polda Sulawesi Utara, tanpa ada perintah kapolda sulut, padahal saat ditanyai Keterang mereka mengatakan bahwa atas perintah Kapolda tetapi nyatanya tidak seperti demikian.

Berikut Hasil Wawancar melalui telpon seluler kami dengan A.L, saat ada di depan rumah tiba-tibah muncul dengan mobil  Bahwa Kami datang Mencari piter dan Anna terkait masalah pembunuhan Almarhun Nius Lokon di manado kemarin, dan sementara bercerita Anggota Lain datang dengan senjata Lengkap itu melakukan pengepungan di Asrama dari depan sampai belakang asrama.

L.L Mengatakan kepada aparat untuk tidak masuk kamar sembarang karena lagi sedang tidur dan harus melakukan komunikasi, dan kami tidak disinkan untuk masuk kamar sembarang, harus ada Komunikasi.

Kemudian ketemu dengan ketua asrama, dan ketua asrama Memintah surat perintah sehingga memberikan surat perintah, dan surat perintah ini berisi untuk melakukan penangkapan terhadap Kedua saudara.

H. Meage sebagai Senior dan Orang Tuan Mahasiswa Menerima dengan baik dan diarah untuk masuk kedalam tetapi di depan halaman asrama, tempat terbuka, kemudian ditanyakan surat Perintah kemudian meminta dan hasil dari isi surat tersebut berbunyi bahwa bahwa melakukan Penangkapan atas perintah kapolda sulut, hanya surat tersebut ditandatangi sehingga sebagai Orang tua saya menyampaikan terima kasih .
Berpesan kepada aparat atas penilaian saya seperti cara-cara ini kurang Bagus, karena Kami disini mahasiswa, tidak melakukan perlawanan dan juga tidak memiliki Senjata tetapi langsung datang dengan alat kenegaraan dan melakukan pengepungan dengan senjata lengkap itu kurang bagus tetapi datang Komunikasi sebagai Orang Tua yang baik jelasnya.

kemudian mereka pergi ke asrama papua lainnya yaitu pergi ke asrama Kontrakan Yalimo, dan lainnya, menurut laporan yang diterima melalui telpon seluler hwa aparat kepolisian datangngan terkait masalah kemarinn untuk mencari Piter Weya dan Anna Gombo, dan mereka memintah surat perintah tetapi mereka tidak diberikan.

Hasil dari Komunikasi kami dengan bapak kapolda sulawesi utara Brigen Wilmar Marpaung, SH, namun tanpa ada surat perintah dari Kapolda Sulawesi Utara sehingga ia berjanji akan melakukan pengecekan. 

Salah satu Mahaiswa Papua Mengatakan kalau Seperti ini terus terhadap kami mahasiswa Papua maka kami alami situasi yang tidak aman dan kami mengalami Trauma berasr yang kami rasakan.
Suara Pasema




Selasa, 28 Juli 2015

Saat Kapolda Berkunjung Di Asrama Jayawijaya..


Manado-Suarapasema.blogspot.com- Mahasiswa Papua di sulawesi utara bertemu langsung dengan Kapolda Sulut Brigjen Pol Wilmar Marpaung, SH, meminta Keadian. Di asrama Mahasiswa Jayawijaya di Batu Kota. Menyampaikan Semua isi hati, pesan mahasiswa Papua dan mewakili Orang Tua Mahasiswa Papua di sulawesi Utara disampaikan, denagn harapan agar pelaku segera mengungkap bisa ditangkap untuk memberikan hukuman sesuai perbuatannya.
Seperti Yang disampaikan Oleh Menas W, Mewakili Ikatan Mahasiswa Indonesia Papua (IMIPA). Imipa Merupakan Oragnisasi payung atau Besar dari semua Organisasi yang ada di sulawesi. Menyamaikan bahwa kami tidak akan melakukan tindakan apapun, Kecuali pada saat-saat kejadian itu kita ada sama-sama dan barang bukti yang kami pegang lalu lakukan sesuatu. Tetapi dari awal aparat duluan mengetahui sehingga sepenuhnya kami serahkan kepada pihak kepolisian Negara Republik Indonesia Untuk Proses semuanya. Karena Negara Kita Ini Negara Hukum Jelasnya.

Tambahnya Menas, Bahwa kami sebenarnya Orang Korban tetapi kami menjadi pihak ketiga dan eempat, karena kami mendendapat Informasi perkara yang terjadi ini Menemukan, Mengantar sampai di Rumah Sakit sampai semua Sudah Tahu dulu baru kami tahu dari belangkang oleh Pihak kepolisian. Maka kami tak ada tindakan yang kami lakukan, Kecuali pada saat-saat yang terjadi itulah sehingga Kami Menerima Kenyataan yang Terjadi. Dan Kami sebagai Umat yang percaya kami bersyukur mungkin ini rencana yang Harus terjadi namun secara Manusiawi dan daging kita rasa kesal dan kecewa. Benar dan tidak katakan Penyidik Pertama Katakan bahwa pertama temukan dengan mobil avanza tetapi Silver yang lewat. Dan ternyata sulawesi utara yang pada umumnya sulawesi utara di Kota Damai dan semuanya kita semua basudara ternyata masih bisa di culik maka kita sangat Rasa kesal Ujar M.W Kepada Kapolda Sulut.
Kami sangat Rasa kesal tetapi apa boleh buat, kami tahu dan kami sadari bahwa pertama kami Orang Pendatang, Hidup di Negeri Orang, kami wajib dihargai kepada Tuan dimana mereka memberikan tangan yang terbuka untuk kami bisa menekuni Ilmu di Negeri ini. 
kami sangat Berterima kasih pada umumnya kepada Masyarakat Sulawesi utara tetapi kami sangat mohon kepada masyarakat sulawesi utara dan Kapolda sulawesi utara bagimana caranya supaya kondisi ini kendalikan baik sesuai apa yang diharapkan.

Karena kami tidak inginkan antara kami dan masyarakat sulawesi utara secara keseluruhan dan Ibas yang bisa terjadi maka kami sebagai Mahasiswa tidak inginkan karena masyarakat sulawesi utara yang besar mereka hidup di Tanah di papua Baik Bupati, Wakil Bupati, Polri Anggota Dewan PNS, SKPD, Pengusaha, Melayani di Gereja dan Menjadi Masyarakat biasa.

Kami tahu Hal itu karena satu Orang membuat banyak Orang nyawa Menewaskan, Cara Manusia bisa membuat menjadi Propokator tetapi kembali kepada Firman bahwa Propokator adalah Menewaskan Banyak Orang maka itu kami tidak mau. Tetapi kami Juju, Jujur katakan bahwa selama sulawesi utara kami Orang Papua Kasus, Demi Kasus, Demi kasus yang terjadi itu tidak pernah terungkap. Bahkan kecelakaan, Bahkan Ketabrakan, Bahkan Strom dari Listrik, Bahkan Pembunuhan Tak Manusiawi, Bahkan Penikaman seperti ini tetapi tidak ada menyelesaian.
Maka Pertanyaanya Hukum di Negera ini hanya melindungi Orang lain dan sedang kami orang Papua tidak kah? Baru Keadilannya dimanasebenarnya, Kinerja pihak penyidik itu sejauh mana? Itu pertanyaan buat kami mahasiswa Papua Jelas M.
Teteapi terima kasih pa Kapolda baru pertama kali selama cukup lama saya disulawesi utara ini  dari semester satu hingga semester akhir. Beberapa bulan yang lalu kami bertemu dengan Kapolda lama dan harapan kami bahwa kasus-kasus yang sudah di lewati kapolda yang lama tak terungkap tetapi kapoda yang Baru kinerja yang baru sehingga dapat dibuktikan untuk kasus ini bisa terungkap itu harapan kami.

Kami Ikatan Mahaiswa Indonesia Papua (IMIPA) Kami sangat prihatin melihat kasus yang terjadi. Harapan masyarakat papua pada umumnya dan pada khususnya kami  mahaiswa Papua yang dianau Oleh Organisasi Ikatan Mahasiswa Indonesia Papua (IMIPA) Rasa Prihatin. Maka kami berharap kepada bapak kapolda sebagai Orang yang Beriman, bisa bekerja dengan hati dan dahulu dengan Tuhan itu tidak mustahil. Manusia boleh katakan mustahil tetapi Bagi Tuhan tak ada yang Mustahil.
Kata Kapolda sulut, Memenag Musibah ini tidak kami inginkan dan musibah yang bisa terjadi kepada siapa saja, Kami manusia bisa menolak tetapi ini takdir dan kita tidak tahu kapan Tuhan panggil ya. Tapi memang sebagai kewajiban penyidik polri punya kewajiban untuk mengungkap kasus ini sampai terungkap maka itu mahon dukungan doa dan Bantuan informasi, dan bisa  dalam waktu yang tak terlalu lama terungkap ya. jelas Kapolda.
Tambah Kapolda siapa yang salah kita harus dihukum ya, karena negara kita ini negara Hukum dan tak ada kebal di negara ini, cuman kan ada Proses dan tidak bisa asal tangkap Ujar Kapolda.

Mewakili Orang Tua Mahasiswa Papua disampaikan Oleh Bapak Pdt. Filemon. W, Bahwa Baru pertama kami ini selama saya 35 tahun ada di manado satu-satu kapolda yang yang bisa turun langsung di rumah sakit dan di tempat duka serta di TKP. 
Maka kami mohon kepada Bapak agar masalah ini pelakunya bisa terungkap dan diberikan Hukuman sesuai hukum yang berlaku di negara ini, karena beberapa kali kejadian pelaku belum ditangkap sampai sekarang, Kecuali binatang yang mati boleh kami biarkan begitu saja. Sebab kemarin apa lagi gubernur Papua dan Papua barat turun lalu seesaiakan masalah perdamaian saja sampai saat ini pelaku belum juga di tangkap. Ujarnya. (Suara Pasema).



SEJARAH IMIPA?

IMIPA Berdiri Pada

Apa Itu IMIPA?

Imipa adalah dimana suatu Wadah Sosial yang Menghimpun Semua Mahasiswa Asal Papua yang ada di kota studi Sulawesi Utara. Kepanjangan dari IMIPA : Ikatan mhasiswa Indonesia Papua. Sekertariat Terleatak di Kleak Bahu, Kamasan V Manado Depan Gereja Peniel.

Visitor In Blog IMIPA SULUT

Popular Posts

Recent Posts

Terjemahkan

Berita Yang Dikuti

Pelajaran dan Berita Lainnya Disini