Kamis, 27 November 2014

PEDULI MAHASISWA PAPUA DI MAKASSAR,



Peduli  Mahasiswa Papua di minta Kronologis Kejadian secara Akurat sesuai di Tempat Kejadian, dan  Kembali melakukan Pengecekan dan meminta keterajan terjadinya masalah ternyata Media-media yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan Fakta Kejadian Di Asrama Papua Di Makassar yang terletak di Jalan Mappala, Kecamatan Rappocini.
Ada media New.Okezone.com dan New.liputan6.comdikeluarkan berita bahwa diserang oleh sejumlah orang tak dikenal itu tidak sesuai beritanya sehingga Kami kembali melakukan pembenahan berita.
Akibatnya, satu penghuni bernama Carles Sihumbi terkena tikaman di bagian perut Oleh Oknum Polisi dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Faisal untuk mendapat perawatan medis.

Sudarah yang bernama Charles Enombi telah menghembuskan napas terakhir Pada Rabu 25 November 2014, pukul 19:20 Wita  di rumah sakit Faisal jl.petterani makassar, Pelaku yang ditikam Almarhum Charles Enombi adalah oleh OKNUM POLISI,  pada malam sabtu lalu. Kejadian tersebut,pada malam sabtu preman bersenggongol dengan polisi kemudian datang serang dikontrakan Kabupaten Nduga terletak di jln.petterani depan rumah sakit Faisal,pukul 03:45 ada beberapa polisi sengaja berpura-pura panggil keluar dan menanyakan kejadian lalu ada oknum polisi
datang dari belakang dan menikam korban tersebut dibagian tangan tembus ke bagian Perut. Kemudian setelah kena tikaman oleh polisi Kemudian Alma. Charles Enombi sendiri langsung larikan ke rumah sakit tanpa diberitahu teman-temannya diasrama karena sudah tidak bisa dikendalikan diri.

Berobat selama dua hari dua malam Namun sayangnya tidak tertolong dan  pada akhirnya menghembuskan napas terakhir.  karena kena racun badik yang menggunakanya. Sampai hari ini seluruh mahasiswa papua kumpul dan memintah bertanggung jawab dari pihak Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan Dan Polda Sulawesi Selatan,  dan Mahasiswa Papua yang ada di kota Studi Makassar dari Sorong Sampai Samarai Menilai pembunuhan ini sangat tidak wajar karena datang serang tanpa ada Penyebab yang jelas. ( Mahasiswa Papua Di Makassar dan Frans E)

Berita Lainnya di Kompas Disini





Minggu, 23 November 2014

1416754494490487156
Asrama Mahasiswa Papua Di Makassar Diserang, 1 Orang Ditikam

MAKASSAR- Asrama mahasiswa Papua yang terletak di Jalan Mappala, Kecamatan Rappocini, diserang sejumlah orang tak dikenal dini hari. Akibatnya, satu penghuni bernama Carles Sihumbi terkena tikaman di bagian perut dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Faisal untuk mendapat perawatan medis.

Informasi yang diperoleh, penyerangan sejumlah kelompok tak dikenal ini mengakibatkan kaca jendela bagian depan asrama yang dihuni belasan mahasiswa asal Papua pecah berantakan.
Kejadian itu dipicu dua pengendara sepeda motor melintas di depan asrama Papua dan langsung dicegat dan dipukuli oleh mahasiswa Papua tersebut yang dalam keadaan mabuk lantaran menduga jika kedua pengedara itu adalah pelaku pencurian yang selama ini mereka cari.
Tak terima dipukuli dan motornya disandera, dua pemuda tersebut kemudian memanggil rekannya dan melakukan penyerangan balasan dengan menggunakan badik dan batu. Kedua kubuh pun terlibat bentrok hingga aparat Kepolisian Sektor (Polsek) Rappocini tiba di lokasi kejadian.
Menurut penghuni asrama Papua, Mona Kosari bahwa sudah banyak barang berharga milik penghuni asrama Papua yang dicuri oleh pelaku. Dari beberapa korban sudah tiga laptop, handphone, bahkan motor kehilangan.

“Kami sudah sering melapor ke bapak polisi tapi tidak respon sama sekali dan terpaksa kami bergerak sendiri,” kata pria berambut Gibal yang kuliah di Universitas 45 Makassar, Minggu (23/11/2014)
Sementara itu, Kompol Ade Hermanto, yang dihubungi membenarkan peristiwa itu dan pihaknya masih melakukan penyelidikan atas penyerangan itu.
“Benar peristiwanya itu sekitar pukul 03.00 Wita. Jadi kami mendapat laporan jika ada pertikaian di Jalan Mappala, antara warga dan penghuni asrama Papua. Ada dua sepeda motor yang sempat disandra namun kami cepat sterilkan situasi, dan sementara dalam proses lidik,” ujarnya.


Sumber dari : OkeZone
Sumber Dari :  Kompasiana

Kamis, 20 November 2014

Kritikan Terhadap Pemerintah Dan Masyarakat Sulawesi Utara

Kiriman Dari Mahasiswa Papua Yogyakarta Peduli Mahasiswa Papua Di Manado Sulawesi Utara

Pedul Mahasiswa Papua Di Sulawesi Utara Oleh IPMA Papua di DIY


Paska Bentrokan minggu dini hari, jam 02.30 wita di Tataaran Tondano sulawesi utara, yang mengakibatkan hampir seribu mahasiswa tanah papua yang berada di sulawesi utara harus secepatnya, meninggalkan provinsi tersebut. Langkah gubernur SULUT (Sinyo Harry Sarondajang) pada tanggal 23 oktober 2014, di nilai terlalu terburuh-buruh dan mendesak semua pihak untuk sepakat. Langkah ini terlalu jauh dari optimis yang ada pada benak semua mahasiswa papua yang berpendidikan di provinsi ini.
Keterpaksaan, inilah yang tepat di katakan oleh semua mahasiswa papua sulut, hal tersebut dibenarkan dalam penyampaian pernyataan pengurus pusat IMIPA SULUT yang disampaiakn pada tanggal 27 oktober 2014, di hadapat tiga belas wartawan lokal dan regional sulawesi. Pada tanggal 28 oktober 2014 tak ada satupun media yang mempublikasikan hasil penyampaian sikap IMIPA SULUT tersebut.
Sejak Bentrokan (19/10/14 – 20/11/14) sudah satu bulan, jangka waktu yang amat panjang untuk proses pembiaran permasalahan untuk diselesaikan oleh semua pihak, baik pemerintah sulawesi utara maupun pemerintah provinsi papua serta papua barat.
Dan sangat tepat apabila ada proses penguluran terhadap penyelesaian masalah yang di alami oleh mahasiswa papua di sulawesi utara. Tak ada jaminan yang bisa di percaya untuk mahasiswa papua di Tondano dalam melakukan aktifitas perkuliahaannya. Bercermin dari hasil pertemuan (23/10/14) rekonsiliasi pernyataan yang masih dapat di ragukan. Ada beberapa pernyataan yang tidak rasional atau substansi masalahnya tidak jelas diantaranya.
1.      Dalam rekonsiliasi ini, tergantung dari pada teman-teman papua apakah mau menandatangani atau tidak? Kata “Sinyo Harry Sarondajang”
2.      Orang tataaran itu baik-baik, semuanya ramah (Welcome) apabila tidak demikian, maka tentu saya “ Sinyo Harry sarondadjang” tidak bisa menjadi gubernur sulut.
3.      Saya “Sinyo Harry sarondadjang” sudah menelepon dan menyampaikan kepada gubernur papua “ Lukas Enembe”. Karena Lukas Enembe itu adik tingkat paska sarjana di Universitas Sam Ratulangi. Dan Bram O Atururi adalah Adik Angkatan saya. Tandas “ Sinyo Harry Sanrondajang” Gubernur Sulut.
Berdasarkan 3 point diatas maka dipastikan tak ada etikat yang baik dalam menyelesaikan masalah oleh pemerintah provinsi sulawesi utara, berdasarkan fakta dan bukti yang menguatkan. Pihak mana yang benar dan siapa yang merasa dirugikan. Hal ini bisa dipastikan ketika team audiense IMIPA SULUT berangkat ke jayapura (02/11/14) lalu dengan maksud menemui Gubernur Provinsi Papua, namun justru di tangani oleh Asisten I Pemprov.Papua.
Setelah empat hari sejak pertemuan yang di fasilitasi oleh KNPI Provinsi Papua, maka utusan gubernur papua ke SULUT untuk memastikan kondisi mahasiswa papua di manado dan sekitarnya. Kedatangan Asisten I ke Manado pemprov papua tidak bersama-sama dengan team audience IMIPA SULUT namun perjalanan mereka terpisah. Kedatangan Asisten I Pemprov Papua guna memastikan kondisi di lapangan. Teringat hal yang sama dilakukan oleh Gubernur Sulut, pada tanggal 20/10/14 di Tataaran. Gubernur melakukan pemantauan langsung ke lokasi kejadian dan bahkan menginap di Tataaran-Tondano.

Faktor Pendekatan Emosional dan Keluarga.
Langkah yang dilakukan oleh Gubernur dalam proses pendekatannya di Tataaran. Secara rasional suatu tujuan yang positif apabila dikatakan tepat maka hasilnya sebagai berikut :
1.      Aktor utama dalam provokasi yang berakibat pada pembunuhan terhadap almahrum Petius Tabuni pada bentrokan yang melibatkan Masyarakat Minahasa di Tataaran-Tondado, bisa dapat ditangkap oleh POLDA SULUT.
2.      Perusakan yang dikarenakan pelemparan batu oleh Mahasiswa Papua di Tondano pra pembunuhan tragis almahrum Petius Tabuni, bisa ada tuntutan yang jelas dan nyata dari pihak-pihak masyarakat tataaran yang dirugikan.
3.      Sebelum adanya pertemuan untuk menghadapkan kedua belah pihak yang berkonfrontasi tidak bisa di pertemukan secepat itu (empat hari setelah bentrokan), harusnya ada team yang mendahului untuk melakukan konsolidasi guna menyepakati, draft kesepakatan dan draft tuntutan (ganti rugi) sehingga prosesnya tidak terkesan pemaksaan.
4.      Jaminan keamanan yang mutlak tanpa ada gangguan apapun, baik intimidasi ataupun teror terhadap mahasiswa papua yang berkuliah di Sulawesi Utara.

PEMPROV SULUT : Mestinya Punya Etika dan Menyampikan Permohonan maaf dan Bertanggung Jawab kepada Mahasiswa dan Masyarakat Papua.
Sepengal foto korban Almahrum Petius Tabuni bisa diartikan dengan Pemotongan Buruan Liar yang ganas. Sangat menyedihkan, bukan hal yang wajar dan disepelehkan.
Dengan Mengumpulkan semua jajaran MUSPIDA Provinsi Sulut bukan merupakan solusi dan jaminan kepercayaan dari individu mahasiswa maupun organisasi IMIPA Sulut, bahwa jaminan keamanan dan tujuan baik untuk penyusutan bentrokan tersebut dapat diselesaikan.Pentingnya Masyarakat Minahasa di SULUT dan Pemerintah Provinsi SULUT harus lebih pro aktif dalam melindungi Umat TUHAN, yang mana SULUT merupakan Kota Jutaan Hamba-Hamba Tuhan dan Ribuan Gereja sebagai Tubuh Kristus. Ini sangat ironis dengan kota-kota lainnya di Indonesia, katakanlah contoh; Papua adalah Tanah Tuhan yang melindungi semua suku bangsa dan agama; Yogyakarta adalah Kekratonan yang melindungi semua mahasiswa dari berbagai lapisan etnis dan ras (plural). Di papua semua orang kristen dan semua orang muslim di lindungi, bukan pemerintah dan penegak hukum yang melindungi, namun semua masyarakat papua dengan kesederhanaan kekristenan mereka, masyarakat papua merasa bertanggung jawab terhadap kehidupan serta keselamatan dalam aktifitas semua orang yang berdomisili tetap maupun tak tetap disana.Dari Ulasan singkat di atas seharusnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara serta Masyarakat Minahasa seharusnya melindungi dan menjaga keselamatan mahasiswa papua yang berdomisili di provinsi sulawesi utara.

Petingnya Restorasi dalam Mainset Kehidupan Masyarakat Sulawesi Utara
Tanan dalam kehidupan sebagai manusia kristen yang memiliki satu bangsa saat ini, Mestinya Pembenahan dalam struktur kehidupan sosial haruslah di prioritaskan oleh Gubernur Sulawesi Utara. Pendampingan dari lembaga Swadaya Masyarakat dan NGO harus diterima dengan tujuan menrestorasi semua sendi-sendi kehidupan masyarakat Minahasa untuk bisa memiliki tata krama serta tujuan kehidupan yang menghidupi orang lain. Penyesalan bukan datang dari hadapan kita namun penyesalan itu terjadi kemudian. Selain sektor Agro dan Kosmo Wisata, Sumbangan para pendatang yang bermukim sementara di provinsi ini, yang nota bane adalah Pelajar maupun mahasiswa merupakan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi provinsi nyiur melambai ini. Sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pentingnya berbenah, jangan menjadikan semboyang “ Karena Kita Basodara” jadinya kita Ba Mengerti dan Ba Atur”. Jangan bagitu Jo.


Kronologi Manajemen Konflik
Paska Bentrokan Mahasiswa Papua vs Masyarakat Minahasa, Tataaran Tondano (Langkah guna menyelesaikan masalah)
(19/10/14) Bentrokan antara Mahasiswa Papua vs Masyarakat Tataaran-Tondano Sulawesi Utara.
(19/10/14) Penyekapan Seantero Mahasiswa Papua yang melakukan aktivitas pendidikan di Unima dan kampus lainnya di tondano, yang bertempat di Asrama Kamasan VII Tondano. Yang berjumlah 447 orang.
(20/10/14) Demo Mahasiswa Papua (IMIPA SULUT) di Gedung Pemprov Sulawesi Utara, Kantor Gubernur. Guna meminta pelepasan terhadap mahasiswa Papua yang disekap di Asrama Kamasan Tondano.
(20/10/14) Bantuan DINSOS Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dikirimkan ke Asrama Kamasan Tondano.
(20/10/14) setidaknya ada sekitar 200 mahasiswa papua di Sulawesi Utara Pulang ke Papua menggunakan Kapal, Km.Tatamailau.
(20/10/14 -22/10/14) Gubernur Sulawesi Utara (Sinyo Harry Sarondajang) berada di Tondano untuk merespon masalah melakukan pendekatan kepada masyarakat Tataaran-Tondano.
(22/10/14) Info lisan KESBANG Pemprov Sulawesi Utara, pada jam 21.00 WITa untuk Proses Rekonsiliasi, paska Bentrokan.
(23/10/14) pada jam 10.30 Wita, Rombongan mahasiswa Papua di Manado di kawal ketat oleh Aparat Kepolisian dan berangkat dari Manado menuju Tondano untuk rapat Rekonsiliasi. Dan Hasil rekonsiliasi tidak di tanda tanggani oleh IMIPA SULUT.
(24/10/14 – 26/10/14) Mahasiswa yang disekap di bebaskan oleh petugas aparat kepolisian  metro Minahasa, untuk turun ke Manado.
(24/10/14) Anggota DPD Sulut ( Maya Rumantir) berkunjung ke Asrama Mahasiswa Kamasan VII melihat kondisi mahasiswa di sana sekaligus memberikan bantuan makanan.
(25/10/14) Penikaman terhadap mahasiswa Tanimbar di Tondano, berdekatan tempat dengan asrama kamasan VII Tondano.
(27/10/14) Konferensi Pers Oleh IMIPA SULUT, dalam Penyampaian sikap guna merespons rekonsiliasi yang tidak di tanda tanggani oleh IMIPA SULUT
(28/10/14) Pemantauan Mahasiswa Papua di Sulawesi Utara terhadap Pemberintaan media massa setelah penyampaian sikap ke pers pada (27/10/14). Dimana tidak ada Pemberitaan sedikitpun, mengenai Penyampaian Sikap IMIPA SULUT di media. “Media tidak mempublikasikan Pernyataan Sikap Organisasi IMIPA SULUT.
(28/10) Surat ke Perguruan Tinggi se-Sulawesi Utara guna Absensi Bebas (Pemogokan Kuliah) bagi keseluruhan mahasiswa papua di Sulawesi Utara.
(02/11/14) Pengurus IMIPA SULUT berangkat ke jayapura, untuk menyampaikan permasalah yang terjadi di sulawesi utara, kepada Pemprov.Papua di Jayapura

Semoga Kritikan ini bisa di asumsikan sebagai semangat Tujuan yang mulia untuk memperbaiki, tatanan dalam hidup pada kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.

God Bless Papua, God Bless All.

Oleh Boy Jen Paririe (Mahasiswa Papua-Yogyakarta)

Ini Foto Bantu Yang Di Lempar Kepada Mahasiswa Papua Di asrama Kamasan V Manado, Sulawesi Utara

Ini Foto Bantu Yang Di Lempar Kepada Mahasiswa Papua Di asrama Kamasan V Manado, Sulawesi Utara

SYALOM DAN SALAM IMIPA. Info Terkini


Di Asrama Kamasan V Manado Terjadi Pelemparan Batu Ke arah Asrama, Namun karena adanya Bambu sehingga Batu terpantul dari Bambut Kuning Ke Terpal Karena Kekuatan pelemparan Batu Besar tersebut sudah di Tahan sedikit Oleh Bambu, dan Puji Tuhan Untuk kejadian ini tidak ada yang kena.

saat itu Mahasiswa yang tingggal di Asrama kamasan V sedang duduk-duduk di bawa Tepal ada lag yag sedang Nonton di Laptop..

Ini terjadi pada tanggal 21 November 2014 Oleh (OTK) Orang Tak Di Kenal, mereka Orang Asal Manado Sulawesi Utara Namun siapa Mukanya dan Plat No Kendaraan yang mereka Mengendarai 2 Motor Tersebut, Masing-masing 2 Orang Per Motor tersebut.
dan saat kejadian ini hampir saja OTK mereka hampir mengenai Mahasiswa Papua yang saat itu lagi duduk-duduk di Asrama.
Dan Mahasiswa Papua pun kaget dan semuanya kepanikan lalu mengejar Pelaku OTK mereka dengan Motor untuk Memastikan Pelaku yang melepar batu di Asrama Kamasan V Manado.


Kasus Masih bisa saja terjadi hal yang sama dialami Oleh Mahasiswa Papua di asrama Kamasan V Manado maka IMIPA sangat menggharapkan Kepada Seluruh Anggota Mahasiswa Se sulut untuk tetap Waspada dan Siaga SATU.


Sebelum Hujan Siapkan Pajung Demikian Juga Sebelum Terjadi Sesuatu yang tidak di Harapkan Oleh Kami Semua tetap Untuk jaga diri dan jangan Jalan Malam Sendirian.
Terima kasih Demikian Informasi Terniki.



Senin, 17 November 2014

Foto-Foto Korban Pembunuhan..






Minggu, 16 November 2014

 
Pengungsian Mahasiswa Papua di Kota Tondano, Tomohon ke Manado ( P. Lokon)

Pengungsian Mahasiswa Papua di Kota Tondano, Tomohon ke Manado
Pada tanggal 24-25 oktober 2014, semua mahasiswa papua (sebanyak lebih dari 600 orang) di Tondano, (sebanyak lebih dari 300 orang) di Tomohon mengungsi sementara di asrama cendrawasih putri Manado dan asrama kamasan V Manado, sebagian pengungsian lainnya yang memiliki asrama kabupaten untuk sementara di ungsikan di asrama kabupaten mereka yang berada di kota Manado. Sedangkan yang tidak memiliki asrama kabupaten di tempatkan di asrama kamasan dan asrama putri cendrawasih, manado.

Selain harapan di atas, keadaan pada saat ini, sangat membutuhkan bantuan makanan, karena sejauh ini, bantuan makanan sudah tidak ada. Beberapa bantuan makanan yang di berikan oleh Dinas Sosial Sulawesi Utara, Contohnya Beras, sudah tak layak konsumsi. Seorang Anggota Dewan Pimpinan Daerah Sulawesi Utara (Maya Rumantir) sempat melakukan kunjungan ke asrama dan membagikan mereka makanan dan snack.
Add captionYemto-Tabo-dan-Fentom-O.-Salossa-bersama-pengurus-IMIPA-Sulut (P. Lokon)


PERNYATAN SIKAP
Tepatnya tanggal 27 senin, BPH IMIPA PUSAT mengundang semua wartawan lokal dan regional untuk hadir dalam penyampaian statment pernyataan sikap IMIPA-SULUT, untuk menyikapi permasalaha ini :
1.Kepada bapak Gubernur Sulawesi Utara untuk menghadirkan orang tua kami yaitu  Gubernur Papua & Papua Barat agar segera dihadirkan diatas tanah ini;
2. Kepada Bapak Kapolda Sulawesi Utara untuk segera dan secepatnya mengungkap pelaku pembunuhan secara tidak bermartabat terhadap Alm. Petius Tabuni selambat-lambatnya satu minggu;
3. Acara proses penandatanganan kesepakatan perjanjian damai antara masyarakat tataaran kecamatan tondano selatan dan mahasiswa asal papua pada tanggal 23 oktober 2014 belum sempurna, bersifat sepihak dan sangat memaksakan;
4. Kami sudah menarik seluruh mahasiswa asal papua yang berstudi dan berdomisili di tondano, tomohon, kairagi, poli ke manado di as. Cendrawasih V manado;
5. Kami mahasiswa papua yang berstudi di Sulawesi utara baik negeri/swasta tidak akan melaksanakan aktivitas perkuliahan selama tuntutan kami belum terpenuhi;
6. Jika point satu, dua, tiga, empat dan lima belum dilaksanakan maka point keenam dalam pernyataan sikap tentang Eksodus Atau Pulang secara besar-besaran ke tanah suci di bumi cendrawasih tetap berlaku dan dengan catatan warga Minahasa di seluruh daratan tanah Papua harus pulang.

Pada tanggal 28/11/14, Dari hasil pemantauan mahasiswa Papua di Manado dan sekitarnya terhadap media-media yang di undang. Hanya ada dua media masa yang berani mengeluarkan statment “Pernyataan IMIPA SULUT terkait bentrokan tersebut. Selain itu ada kronologi Bentrokan yang di kumpulkan oleh Team Investigasi IMIPA-SULUT. Memang sangat ironisnya, Media Di Bungkam Oleh Pemprov Sulut terhadap Hasil Jumpa Pers, IMIPA SULUT terkait pernyataan dan kronologi yang mereka himpun.
Kesalahan Media Di Sulawesi Utara 1 (P. Lokon)

Kesalahan Media Di Sulawesi Utara 2 ( P. Lokon)


Kesalahan Media Di Sulawesi Utara Terhadap Mahasiswa Papua Di Sulawesi Utara
Hal yang sangat mengejutkan semua mahasiswa papua di Sulawesi Utara adalah Media masa Nasional dan Lokal di wilayah SULUT memberitakan pada tanggal 24 oktober 2014 terjadi perjanjian damai antara Mahasiswa Papua dan Warga Tondano Pataaran dan Pataaran patar.
Pemantauan Dari Rekan “Boy P” pada pertemuan tersebut, “Perlu di pahami bahwa De Facto BPH IMIPA SULUT dan Cab.Tondano, Cab.Tomohon memang berdamai, namun tidak dilakukan penandatanganan, Karena persoalan yang terjadi adalah bukan oknum personal karena miras tetapi berdasarkan Investigasi Imipa Sulut, awal mula pertikaian karena kedua kawan mereka di halau oleh motor yang mengakibatkan mereka di pukul dan di kejar” sehingga permasalahan ini dikatakan sebagai tindakan usur kesengajaan yang terencana. Mereka BPH IMIPA sulut menolak dan mengatakan berikan mereka waktu, secepatnya tiga hari untuk menyatakan sikap mereka. Sejak pertemuan di Ruang Aula FIS, dimana ada yang sangat aneh dalam proses pertemuan tersebut karena dalam undangan Rapat Rekonsiliasi, namun kenyataan pada saat pertemuan bukan rapat tetapi pemaksaan penananda tanganan Perdamaian, “Kata Ketua” Yemto Tabo ,di dampingi “Badan Pengurus Harian IMIPA-SULUT Rapat rekonsiliasi ini, seakan-akan dipaksakan, karena isi undangan bedah dengan pada saat pertemuan berlangsung.

Hasil Laporan Dari Boy P dan P. Lokon


Proses Rekonsiliasi (Oleh P. Lokon


“Proses Rekonsiliasi” Paska Bentrokan Di Nilai Tergesah-Gesah Dan Di Paksakan Sepihak Oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.

Sejak peristiwa pada tangal 19 oktober 2014, Gubenur menfasilitasi masyarakat tataaran Tondano dan IMIPA Sulut untuk melakukan langkah rekonsiliasi pada tanggal 23 oktober 2014, semuanya di atur sangat rapi,  pada tanggal 22 Oktober 2014, malam sekitar jam 21.00 wita, KESBANG SULUT menelepon ketua IMIPA SULUT (Yemto Tabo), menyampaikan Undangan tersebut.
Pada pagi hari sekitar jam 08.00 wita, undangan fisik dari Pemerintah Provinsi SULUT di berikan ke sekertariatan IMIPA SULUT. Tiga jam kemudian, pada jam 10.00 wita, Polda menyiapkan kendaraan (DALMAS) sebanyak 2 unit, dikawal dengan anggota kepolisian berseragam lengkap, para polisi bersiap di depan asrama Kamasan V Manado untuk mengakomodasi Mahasiswa (Badan pengurus IMIPA-SULUT) ke UNIMA Tondano. Tepat jam 11.00 wita, pada siang itu kendaraan mulai beriringan menuju Tondano, tidak melewati jalan tempat TKP namun melewati jalan Boulevard-Tondano kemudia ke arah timur menuju Gedung AULA FIS UNIMA. Kesibukan di gedung tersebut terlihat rapi dan terisolir karena di jaga dengan aparat keamanan super ketat.
Badan Pengurus Pusat IMAPA-SULUT turun dari kendaraan tersebut, disana belum ada Badan Pengurus IMIPA Cab.Tondano, sehinga silih berganti saling menelepon antara Badan Pengurus Pusat IMIPA-SULUT dan Badan Pengurus IMIPA Cab.Tondano.
Tawar menawar melalui telepon celluler,  yang akhirnya semua Badan Pengurus IMIPA PUSAT memaksa untuk pergi ke Kamasan VI Tondano, yang jaraknya sekitar satu kilometer, agar ada  musyawarah bersama untuk menyepakati langkah bersama yang di ambil oleh semua komponen IMIPA-SULUT, Rombongan IMIPA-SULUT akhirnya pergi dan bertemu dengan semua mahasiswa dan mahasiswi yang di sekap oleh pihak keamanan Minahasa itu.
Setelah Pertemuan antara BPH IMIPA Pusat SULUT dan BPH IMIPA-Cab.Tondano, tak bisa tertahankan ketika IMAPA Pusat Manado turun dari kendaran DALMAS milik POLDA SULUT, Rasa tangispun tak tertahankan, dimana keluarga korban, sanak saudara, dan teman-teman alm. Petius Tabuni, menangis, sayup-sayup terdengar, tangan di dada mereka di dahi mereka, tampak situasi yang tegang berubah menyedihkan. Situasi berubah semangat ketika IMIPA-Pusat Manado meneriakan Yel-Yel, “Papua (HIDUP), Papua (HIDUP), IMIPA (Hidup), Sulut (Terima Kasih), Manado (Terima Kasih), Tomohon (Terima Kasih), Tondano (Terima Kasih), Tataaran (Terima kasih). Ketika penjelasan dari  Badan Pengurus Pusat IMIPA Manado, TIM Indenpenden dan motifasi-motifasi dari senioritas, Lalu Berdoa Bersama anggota-anggota yang ada IMIPA Cabang Tondano Sebelum Menuju Ke Aula FIS Unima, dan  kemudian semuanya menuju Aula FIS UNIMA.

Lasimnya pertemuan resmi, dihadapan kami digantungkan Fanflet yang tulisanya “Penandatangan Kesepakatan Damai. Badan Pengurus Pusat IMPA Manado, beriringan memasuki Ruangan Aula Fis Unima, semuanya saling menoleh keherangan dan adapula yang berbisik-bisik “ ini Penipuan”. Lima menit kemudian iring-iringan muspida Pemprov.Sulut memasuki ruangan Aula FIS UNIMA. Gubernur Sulut ( Sinyo Harry Sarundajang), Kejaksaan Tinggi Sulut, Kapolda SuLut, PANGDAM, Ketua DPRD SULUT, Wakil bupati Minahasa, Rektor UNIMA, Rektor UNSRAT, dan Muspida Prov.Sulut dan Muspida Kabupaten Minahasa, Kecamatan Tondano Selatan.
Mengawali kegiatan dimulai dengan Doa Pembuka oleh, Pendeta setempat. Kemudian pembukaan rapat dimulai. Seakan dipaksakan untuk menyanyikan lagu indonesia raya, mahasiswa papua pun berdengung hingga akhir dari lagu kebangsaan indonesia tersebut. Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, membuka pertemuan tersebut dengan berbagai arahan, yang salah satunya adalah “Pertemuan ini akan menghasilkan penandatanganan perjanjian damai antara masyarakat Pataaran dengan mahasiswa papua, karena kitorang ba sudara”.  Gubernur pun mempersilahkan Tokoh masyarakat Tataaran untuk menyampaikan pernyataan mereka. Situasi tiba-tiba teggang pada saat tokoh masyarakat tondano selatan mebacakan pernyataan sikap mereka, ada beberapa poin diantarannya; 1. Penerangan Lampu Jalan Di Sepanjang Ruas Jalan Tataaran II Dan Tataaran Patar; 2. Penambahan Polsek Kecamatan Tondano selatan di Tataaran; 3. Melupakan Semua Masa Lalu Dan Warga Siap Berdamai (Hal Ini Menyinggung Pernah Terjadi Hal Yang Sama 3 Bulan Yang Lalu), 4. Perbaikan Nama Baik Kelurahan Tataaran.

Selain itu kata gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang (SHS) Bahwa masyarakat di tondano dan Khususnya Masyarakat Tataaran semuanya baik-baik, jika mereka tidak baik tentunya tidak ada putra mereka menjadi Gubernuri  saat ini, Karena Kenyataannya Saya Jadi “gubernur sulawesi utara Saat Ini”)


Hasil Laporan Dari Boy P dan P. Lokon

Sabtu, 08 November 2014


IMIPA  SULUT
 (Ikatan Mahasiswa Indonesia Papua di Sulawesi Utara ) 

 IMIPA SULUT adalah salah satu wadah sosial yang terbesar atau  pusat di Manado, Sulawesi Utara   yang menghimpun, melindungi dan menaungi seluruh wadah-wadah sosial dari setiap kota dan kabupaten yang berasal dari provinsi Papua maupun provinsi Papua barat yang di dalamnya semua terdiri dari Pelajar, Mahasiswa maupun seluruh masyarakat  Asal MELANESIA (Prov. Papua dan Prov. Papua Barat) yang sedang Belajajar, Bekerja dan Melayani di 
tanah Minahasa, Sulawesi Utara

dan IMIPA SULUT memiliki III cabang yakni,
  • IMIPA cab. Tondano,
  • IMIPA cab. Tomohon dan
  • IMIPA cab. Kairagi 


Badan Pengurus Harian IMIPA Pusat

Ketua                  : Yemto Tabo, S.Kep 
                            0813 5593 8929 
Sekertaris           :  Fentom O. Salossa 
                            0821 8924 9561


Rabu, 05 November 2014

Paririe Boey Jeon

IPMAPA  DIY Telah Melaksanakan Rapat Untuk  Imipa Sulawesi Utara Di Manado ( Foto Boey Paririe)

Rapat IPMA-PAPUA DIY tersebut ada membahas beberapa angenda penting di asrama Kamasan I Yogyakarta diantaranya:

Materi Pembahasan
1. Hubungan Internal Badan Pengurus
2. Respons Situasi yang terjadi di Manado.
3. Panitia Seminar Nasional
-------------------------------------------------------------------------------------------

Dalam rapat tersebut, Penyampaikan kronologi berdasarkan Investigasi yang dilakukan Oleh IMIPA SULUT terkait bentrokan, di mana penyampain Tuntutan dan juga Pernyataan Sikap.

Penyampaian, persolan dasar di mana tidak ada keterbukaan dari Pihak pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, terkait masalah Pembungkaman Media lokal dan juga media Nasional yang berada di Sulawesi Utara, Kurang transparannya KAPOLRES Minahasa dan juga POLDA SU LAWESI UTARA.

Respons dan penyesalan dari semua ketua-ketua paguyuban (rukun) se tanah papua di Yogyakarta, terhadap situasi yang terjadi terhadap teman-teman mahasiswa papua yang berada di Sulawesi Utara.

Respons dari semua ketua-ketua paguyuban menyepakati dimana ada teklap pada hari kamis menyangkut rencana demonstrasi bersama Se Jawa dan Bali Pada Hari Jumat. Kritikan keras di sampaikan oleh ketua-ketua paguyuban atau ketua (ketua Rukun terkait dengan permasalahan yang di alami oleh teman-teman mahasiswa papua di Sulut.  ( P. Lokon)

Visitor In Blog IMIPA SULUT

Popular Posts

Recent Posts

Terjemahkan

Berita Yang Dikuti

Pelajaran dan Berita Lainnya Disini