Rabu, 29 Oktober 2014

Menyikapi penangkapan beberapa anggota kelompok sipil bersenjata di Wamena, Kabupaten Jayawijaya sebelumnya, Puron Wenda yang mengaku Panglima Komando Organisasi Papua Merdeka (OPM) Wilayah Pilia, Lanny Jaya, Papua menelepon wartawan di Kota Jayapura melalui telepon selulernya dengan menebar ancaman perang.
Bahkan dalam teleponnya itu, Puron mengaku akan mencari setiap warga pendatang atau non Papua yang ada di seluruh Papua, jika Polisi tidak segera membebaskan Rambo Wenda. "Kami minta polisi segera melepaskan rekan kami Rambo Wenda. Kami beri waktu dua hari, bila tidak, maka kami bersama seluruh rakyat Papua nyatakan perang dan akan menjadikan seluruh warga non Papua yang ada di Papua sebagai target," katanya melalui telepon selulernya, Selasa, 28 Oktober 2014.

Puron juga mengklaim sudah menghubungi Kapolda Papua Irjen Yotje Mende, guna meminta pembebasan terhadap rekannya. "Rambo adalah rekan saya seperjuangan di dalam OPM. Dia prajurit kami, dulunya dari Puncak Jaya kemudian ke Lany Jaya, kami dulu sama-sama menyerang Polsek Pirime. Nama asli Rambo Wenda adalah Enggangranggo Wenerengga. Tapi dia dijuluki Rambo karena prajurit tangguh, yakni mampu berperang melawan aparat, disebut Rambo," jelasnya.
Dari data yang didapat, Rambo Wenda mulai dikenal saat berhasil menyerang Pos Polisi Tingginambut Puncak Jaya, Januari 2009. Dia  menyita beberapa pucuk senjata jenis SS1 milik Polisi. Atas keberhasilannya itu, Rambo kemudian diberikan wilayah kekuasaan di Kali Semen Mulia Ibu kota Puncak Jaya.

Tahun 2011 setelah pemekaran Lany Jaya, OPM kemudian mekar dengan lahirnya Komando Daerah Operasi (Kodap) Pilia. Rambo lantas bergabung dengan Puron Wenda. Mereka kemudian menyerang Polsek Pirime lalu menewaskan 3 anggota Polisi serta merampas senjata apinya.
Pada Ahad, 26 Oktober 2014, Briptu Tanggam Jikwa (TJ) dan enam orang anggota kelompok bersenjata pimpinan Dua Rambo ditangkap Timsus Polda Papua di sebuah hotel di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Saat itu mereka sedang bertransaksi amunisi. Dalam penangkapan itu, polisi juga menyita 231 amunisi di rumah Briptu TJ. 

Yotje menyatakan masih menyelidiki motif, asal amunisi dan siapa yang bekerjasama dengan anggota polisi Polsek Nduga ini. "Kami selidiki semuanya," ujar Kapolda Papua, Irjen Pol Yotje Mende usai gelar barang bukti di ruang penyidikan, Polda Papua, Kota Jayapura, Papua, Selasa, 28 Oktober 2014.
Menurut Yotje, Briptu TJ bukan pemasok senjata, tapi dia terindetifikasi sekarang  memasok amunisi. Dari amunisi yang disita, ada  29 aminusi AK kaliber 7,52 milimeter, amunisi revolver sebanyak 19 butir dan amunisi SS1 231 butir. "Ini yang sedang kami kembangkan. Amunisi itu dari mana, kami masih jajaki," katanya.

Menurut Yotje, dari keterangan  satu pentolan kelompok bersenjata yang ditangkap, Rambo Wonda, Briptu TJ bukan bagian dari kelompoknya. Tapi Briptu TJ hanya memasok amunisi. Begitupun polisi tetap akan mendalami motifnya.  Briptu TJ, ujar dia,  baru pertama kali jual amunisi. "Kami akan lihat dari aspek kedisiplinan mengapa dia bersama dengan kelompok ini. Ini yang sedang kami kembangkan. Amunisi itu darimana kami masih jajaki. Saya juga meminta maaf karena tak bisa mengontrol anggota saya," jelasnya.
Yotje juga mengatakan, kasus  Briptu TJ sudah dilaporkan ke pimpinan Polri dan akan ditindak tegas. Pertama akan dilakukan pemecatan lewat sidang disiplin dan kode etik polri. Yang bersangkutan juga akan dikenakan tindak pidana. "Kami upayakan secepatnya. Target saya paling lama dua minggu. Nanti kami proses," kata Yotje. Setelah kode etik dengan hukuman pemecatan, Briptu TJ  akan dipidanakan. "Saya akan minta pengadilan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya. Karena dia berlapis bisa ditambahkan dari ancaman pokok," jelasnya.

Yotje juga berterimakasih kepada masyarakat khususnya masyarakat Lanni Jaya dan Jayawijaya karena bekerjasama dengan Timsus menangkap kelompok bersenjata itu. Dalam penangkapan itu, ada dua orang yang paling dicari polisi yakni Rambo Wonda dan Rambo Tolikara. "Rambo Wonda, dia adalah pemegang senjata Arsenal yang dirampas di Puncak Jaya. Namun yang bersangkutan tidak membawa senjata. Rambo Tolikara, dia adalah anak buah Goliat Tabuni. Dia juga sadis," jelasnya.
Menurut Yotje, setelah menangkap Rambo Wonda dan Rambo Tolikara bersama tiga rekannya dan satu oknum anggota polisi, kini masih ada delapan orang pentolan kelompok bersenjata di wilayah pegunungan Papua yang menjadi incaran utama kepolisian setempat. "Ada delapan orang. Di antaranya, Purom Wenda, Enden Wanimbo, Militer Murib, Goliat Tabuni dan lainnya. Namun seluruhnya dari data yang ada di kami sebagai pelaku sekitar 52 anggota kelompok bersenjata yang jadi DPO."

COPAS TEMPO.CO, Jayapura -  P. Lokon

0 komentar:

Visitor In Blog IMIPA SULUT

Popular Posts

Recent Posts

Terjemahkan

Berita Yang Dikuti

Pelajaran dan Berita Lainnya Disini