COPAS TEMPO.CO, Jayapura - P. Lokon
Rabu, 29 Oktober 2014
- 19.35
- Unknown
- Home, Manado
- No comments
Menyikapi penangkapan beberapa anggota kelompok sipil bersenjata di
Wamena, Kabupaten Jayawijaya sebelumnya, Puron Wenda yang mengaku
Panglima Komando Organisasi Papua Merdeka (OPM) Wilayah Pilia, Lanny
Jaya, Papua menelepon wartawan di Kota Jayapura melalui telepon
selulernya dengan menebar ancaman perang.
Bahkan dalam
teleponnya itu, Puron mengaku akan mencari setiap warga pendatang atau
non Papua yang ada di seluruh Papua, jika Polisi tidak segera
membebaskan Rambo Wenda. "Kami minta polisi segera melepaskan rekan kami
Rambo Wenda. Kami beri waktu dua hari, bila tidak, maka kami bersama
seluruh rakyat Papua nyatakan perang dan akan menjadikan seluruh warga
non Papua yang ada di Papua sebagai target," katanya melalui telepon
selulernya, Selasa, 28 Oktober 2014.
Puron juga mengklaim sudah menghubungi Kapolda Papua Irjen Yotje Mende,
guna meminta pembebasan terhadap rekannya. "Rambo adalah rekan saya
seperjuangan di dalam OPM. Dia prajurit kami, dulunya dari Puncak Jaya
kemudian ke Lany Jaya, kami dulu sama-sama menyerang Polsek Pirime. Nama
asli Rambo Wenda adalah Enggangranggo Wenerengga. Tapi dia dijuluki
Rambo karena prajurit tangguh, yakni mampu berperang melawan aparat,
disebut Rambo," jelasnya.
Dari data yang didapat, Rambo
Wenda mulai dikenal saat berhasil menyerang Pos Polisi Tingginambut
Puncak Jaya, Januari 2009. Dia menyita beberapa pucuk senjata jenis SS1
milik Polisi. Atas keberhasilannya itu, Rambo kemudian diberikan
wilayah kekuasaan di Kali Semen Mulia Ibu kota Puncak Jaya.
Tahun
2011 setelah pemekaran Lany Jaya, OPM kemudian mekar dengan lahirnya
Komando Daerah Operasi (Kodap) Pilia. Rambo lantas bergabung dengan
Puron Wenda. Mereka kemudian menyerang Polsek Pirime lalu menewaskan 3
anggota Polisi serta merampas senjata apinya.
Pada
Ahad, 26 Oktober 2014, Briptu Tanggam Jikwa (TJ) dan enam orang anggota
kelompok bersenjata pimpinan Dua Rambo ditangkap Timsus Polda Papua di
sebuah hotel di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Saat itu mereka sedang
bertransaksi amunisi. Dalam penangkapan itu, polisi juga menyita 231
amunisi di rumah Briptu TJ.
Yotje menyatakan masih
menyelidiki motif, asal amunisi dan siapa yang bekerjasama dengan
anggota polisi Polsek Nduga ini. "Kami selidiki semuanya," ujar Kapolda
Papua, Irjen Pol Yotje Mende usai gelar barang bukti di ruang
penyidikan, Polda Papua, Kota Jayapura, Papua, Selasa, 28 Oktober 2014.
Menurut
Yotje, Briptu TJ bukan pemasok senjata, tapi dia terindetifikasi
sekarang memasok amunisi. Dari amunisi yang disita, ada 29 aminusi AK
kaliber 7,52 milimeter, amunisi revolver sebanyak 19 butir dan amunisi
SS1 231 butir. "Ini yang sedang kami kembangkan. Amunisi itu dari mana,
kami masih jajaki," katanya.
Menurut Yotje, dari
keterangan satu pentolan kelompok bersenjata yang ditangkap, Rambo
Wonda, Briptu TJ bukan bagian dari kelompoknya. Tapi Briptu TJ hanya
memasok amunisi. Begitupun polisi tetap akan mendalami motifnya. Briptu
TJ, ujar dia, baru pertama kali jual amunisi. "Kami akan lihat dari
aspek kedisiplinan mengapa dia bersama dengan kelompok ini. Ini yang
sedang kami kembangkan. Amunisi itu darimana kami masih jajaki. Saya
juga meminta maaf karena tak bisa mengontrol anggota saya," jelasnya.
Yotje juga mengatakan, kasus Briptu TJ sudah dilaporkan ke pimpinan
Polri dan akan ditindak tegas. Pertama akan dilakukan pemecatan lewat
sidang disiplin dan kode etik polri. Yang bersangkutan juga akan
dikenakan tindak pidana. "Kami upayakan secepatnya. Target saya paling
lama dua minggu. Nanti kami proses," kata Yotje. Setelah kode etik
dengan hukuman pemecatan, Briptu TJ akan dipidanakan. "Saya akan minta
pengadilan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya. Karena dia berlapis
bisa ditambahkan dari ancaman pokok," jelasnya.
Yotje
juga berterimakasih kepada masyarakat khususnya masyarakat Lanni Jaya
dan Jayawijaya karena bekerjasama dengan Timsus menangkap kelompok
bersenjata itu. Dalam penangkapan itu, ada dua orang yang paling dicari
polisi yakni Rambo Wonda dan Rambo Tolikara. "Rambo Wonda, dia adalah
pemegang senjata Arsenal yang dirampas di Puncak Jaya. Namun yang
bersangkutan tidak membawa senjata. Rambo Tolikara, dia adalah anak buah
Goliat Tabuni. Dia juga sadis," jelasnya.
Menurut Yotje,
setelah menangkap Rambo Wonda dan Rambo Tolikara bersama tiga rekannya
dan satu oknum anggota polisi, kini masih ada delapan orang pentolan
kelompok bersenjata di wilayah pegunungan Papua yang menjadi incaran
utama kepolisian setempat. "Ada delapan orang. Di antaranya, Purom
Wenda, Enden Wanimbo, Militer Murib, Goliat Tabuni dan lainnya. Namun
seluruhnya dari data yang ada di kami sebagai pelaku sekitar 52 anggota
kelompok bersenjata yang jadi DPO."
COPAS TEMPO.CO, Jayapura - P. Lokon
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar