Pedul Mahasiswa Papua Di Sulawesi Utara Oleh IPMA Papua di DIY |
Kamis, 20 November 2014
- 16.42
- Admin
- Home, imipa sulut
- No comments
Kritikan
Terhadap Pemerintah Dan Masyarakat Sulawesi Utara
Kiriman Dari Mahasiswa Papua Yogyakarta Peduli
Mahasiswa Papua Di Manado Sulawesi Utara
Paska Bentrokan
minggu dini hari, jam 02.30 wita di Tataaran Tondano sulawesi utara, yang
mengakibatkan hampir seribu mahasiswa tanah papua yang berada di sulawesi utara
harus secepatnya, meninggalkan provinsi tersebut. Langkah gubernur SULUT (Sinyo
Harry Sarondajang) pada tanggal 23 oktober 2014, di nilai terlalu
terburuh-buruh dan mendesak semua pihak untuk sepakat. Langkah ini terlalu jauh
dari optimis yang ada pada benak semua mahasiswa papua yang berpendidikan di
provinsi ini.
Keterpaksaan,
inilah yang tepat di katakan oleh semua mahasiswa papua sulut, hal tersebut
dibenarkan dalam penyampaian pernyataan pengurus pusat IMIPA SULUT yang
disampaiakn pada tanggal 27 oktober 2014, di hadapat tiga belas wartawan lokal
dan regional sulawesi. Pada tanggal 28 oktober 2014 tak ada satupun media yang
mempublikasikan hasil penyampaian sikap IMIPA SULUT tersebut.
Sejak Bentrokan
(19/10/14 – 20/11/14) sudah satu bulan, jangka waktu yang amat panjang untuk
proses pembiaran permasalahan untuk diselesaikan oleh semua pihak, baik
pemerintah sulawesi utara maupun pemerintah provinsi papua serta papua barat.
Dan sangat tepat
apabila ada proses penguluran terhadap penyelesaian masalah yang di alami oleh
mahasiswa papua di sulawesi utara. Tak ada jaminan yang bisa di percaya untuk
mahasiswa papua di Tondano dalam melakukan aktifitas perkuliahaannya. Bercermin
dari hasil pertemuan (23/10/14) rekonsiliasi pernyataan yang masih dapat di
ragukan. Ada beberapa pernyataan yang tidak rasional atau substansi masalahnya
tidak jelas diantaranya.
1. Dalam
rekonsiliasi ini, tergantung dari pada teman-teman papua apakah mau
menandatangani atau tidak? Kata “Sinyo Harry Sarondajang”
2. Orang
tataaran itu baik-baik, semuanya ramah (Welcome) apabila tidak demikian, maka
tentu saya “ Sinyo Harry sarondadjang” tidak bisa menjadi gubernur sulut.
3. Saya “Sinyo
Harry sarondadjang” sudah menelepon dan menyampaikan kepada gubernur papua “
Lukas Enembe”. Karena Lukas Enembe itu adik tingkat paska sarjana di
Universitas Sam Ratulangi. Dan Bram O Atururi adalah Adik Angkatan saya. Tandas
“ Sinyo Harry Sanrondajang” Gubernur Sulut.
Berdasarkan 3 point
diatas maka dipastikan tak ada etikat yang baik dalam menyelesaikan masalah
oleh pemerintah provinsi sulawesi utara, berdasarkan fakta dan bukti yang
menguatkan. Pihak mana yang benar dan siapa yang merasa dirugikan. Hal ini bisa
dipastikan ketika team audiense IMIPA SULUT berangkat ke jayapura (02/11/14) lalu
dengan maksud menemui Gubernur Provinsi Papua, namun justru di tangani oleh
Asisten I Pemprov.Papua.
Setelah empat hari
sejak pertemuan yang di fasilitasi oleh KNPI Provinsi Papua, maka utusan
gubernur papua ke SULUT untuk memastikan kondisi mahasiswa papua di manado dan
sekitarnya. Kedatangan Asisten I ke Manado pemprov papua tidak bersama-sama
dengan team audience IMIPA SULUT namun perjalanan mereka terpisah. Kedatangan
Asisten I Pemprov Papua guna memastikan kondisi di lapangan. Teringat hal yang
sama dilakukan oleh Gubernur Sulut, pada tanggal 20/10/14 di Tataaran. Gubernur
melakukan pemantauan langsung ke lokasi kejadian dan bahkan menginap di
Tataaran-Tondano.
Faktor Pendekatan Emosional dan Keluarga.
Langkah yang
dilakukan oleh Gubernur dalam proses pendekatannya di Tataaran. Secara rasional
suatu tujuan yang positif apabila dikatakan tepat maka hasilnya sebagai berikut
:
1. Aktor utama
dalam provokasi yang berakibat pada pembunuhan terhadap almahrum Petius Tabuni
pada bentrokan yang melibatkan Masyarakat Minahasa di Tataaran-Tondado, bisa
dapat ditangkap oleh POLDA SULUT.
2. Perusakan
yang dikarenakan pelemparan batu oleh Mahasiswa Papua di Tondano pra pembunuhan
tragis almahrum Petius Tabuni, bisa ada tuntutan yang jelas dan nyata dari
pihak-pihak masyarakat tataaran yang dirugikan.
3. Sebelum
adanya pertemuan untuk menghadapkan kedua belah pihak yang berkonfrontasi tidak
bisa di pertemukan secepat itu (empat hari setelah bentrokan), harusnya ada
team yang mendahului untuk melakukan konsolidasi guna menyepakati, draft
kesepakatan dan draft tuntutan (ganti rugi) sehingga prosesnya tidak terkesan
pemaksaan.
4. Jaminan
keamanan yang mutlak tanpa ada gangguan apapun, baik intimidasi ataupun teror
terhadap mahasiswa papua yang berkuliah di Sulawesi Utara.
PEMPROV SULUT : Mestinya Punya Etika dan Menyampikan Permohonan maaf
dan Bertanggung Jawab kepada Mahasiswa dan Masyarakat Papua.
Sepengal foto
korban Almahrum Petius Tabuni bisa diartikan dengan Pemotongan Buruan Liar yang
ganas. Sangat menyedihkan, bukan hal yang wajar dan disepelehkan.
Dengan Mengumpulkan
semua jajaran MUSPIDA Provinsi Sulut bukan merupakan solusi dan jaminan
kepercayaan dari individu mahasiswa maupun organisasi IMIPA Sulut, bahwa
jaminan keamanan dan tujuan baik untuk penyusutan bentrokan tersebut dapat
diselesaikan.Pentingnya Masyarakat Minahasa di SULUT dan Pemerintah Provinsi
SULUT harus lebih pro aktif dalam melindungi Umat TUHAN, yang mana SULUT
merupakan Kota Jutaan Hamba-Hamba Tuhan dan Ribuan Gereja sebagai Tubuh
Kristus. Ini sangat ironis dengan kota-kota lainnya di Indonesia, katakanlah
contoh; Papua adalah Tanah Tuhan yang melindungi semua suku bangsa dan agama; Yogyakarta
adalah Kekratonan yang melindungi semua mahasiswa dari berbagai lapisan etnis
dan ras (plural). Di papua semua orang kristen dan semua orang muslim di
lindungi, bukan pemerintah dan penegak hukum yang melindungi, namun semua
masyarakat papua dengan kesederhanaan kekristenan mereka, masyarakat papua merasa
bertanggung jawab terhadap kehidupan serta keselamatan dalam aktifitas semua
orang yang berdomisili tetap maupun tak tetap disana.Dari Ulasan singkat di
atas seharusnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara serta Masyarakat Minahasa
seharusnya melindungi dan menjaga keselamatan mahasiswa papua yang berdomisili
di provinsi sulawesi utara.
Petingnya Restorasi dalam Mainset Kehidupan Masyarakat Sulawesi Utara
Tanan dalam
kehidupan sebagai manusia kristen yang memiliki satu bangsa saat ini, Mestinya
Pembenahan dalam struktur kehidupan sosial haruslah di prioritaskan oleh
Gubernur Sulawesi Utara. Pendampingan dari lembaga Swadaya Masyarakat dan NGO
harus diterima dengan tujuan menrestorasi semua sendi-sendi kehidupan
masyarakat Minahasa untuk bisa memiliki tata krama serta tujuan kehidupan yang
menghidupi orang lain. Penyesalan bukan datang dari hadapan kita namun
penyesalan itu terjadi kemudian. Selain sektor Agro dan Kosmo Wisata, Sumbangan
para pendatang yang bermukim sementara di provinsi ini, yang nota bane adalah
Pelajar maupun mahasiswa merupakan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi
provinsi nyiur melambai ini. Sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
pentingnya berbenah, jangan menjadikan semboyang “ Karena Kita Basodara”
jadinya kita Ba Mengerti dan Ba Atur”. Jangan bagitu Jo.
Kronologi Manajemen Konflik
Paska Bentrokan
Mahasiswa Papua vs Masyarakat Minahasa, Tataaran Tondano (Langkah guna menyelesaikan
masalah)
(19/10/14)
Bentrokan antara Mahasiswa Papua vs Masyarakat Tataaran-Tondano Sulawesi Utara.
(19/10/14)
Penyekapan Seantero Mahasiswa Papua yang melakukan aktivitas pendidikan di
Unima dan kampus lainnya di tondano, yang bertempat di Asrama Kamasan VII
Tondano. Yang berjumlah 447 orang.
(20/10/14) Demo
Mahasiswa Papua (IMIPA SULUT) di Gedung Pemprov Sulawesi Utara, Kantor
Gubernur. Guna meminta pelepasan terhadap mahasiswa Papua yang disekap di
Asrama Kamasan Tondano.
(20/10/14) Bantuan
DINSOS Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dikirimkan ke Asrama Kamasan Tondano.
(20/10/14)
setidaknya ada sekitar 200 mahasiswa papua di Sulawesi Utara Pulang ke Papua
menggunakan Kapal, Km.Tatamailau.
(20/10/14
-22/10/14) Gubernur Sulawesi Utara (Sinyo Harry Sarondajang) berada di Tondano
untuk merespon masalah melakukan pendekatan kepada masyarakat Tataaran-Tondano.
(22/10/14) Info
lisan KESBANG Pemprov Sulawesi Utara, pada jam 21.00 WITa untuk Proses
Rekonsiliasi, paska Bentrokan.
(23/10/14) pada jam
10.30 Wita, Rombongan mahasiswa Papua di Manado di kawal ketat oleh Aparat
Kepolisian dan berangkat dari Manado menuju Tondano untuk rapat Rekonsiliasi.
Dan Hasil rekonsiliasi tidak di tanda tanggani oleh IMIPA SULUT.
(24/10/14 –
26/10/14) Mahasiswa yang disekap di bebaskan oleh petugas aparat
kepolisian metro Minahasa, untuk turun
ke Manado.
(24/10/14) Anggota
DPD Sulut ( Maya Rumantir) berkunjung ke Asrama Mahasiswa Kamasan VII melihat
kondisi mahasiswa di sana sekaligus memberikan bantuan makanan.
(25/10/14) Penikaman
terhadap mahasiswa Tanimbar di Tondano, berdekatan tempat dengan asrama kamasan
VII Tondano.
(27/10/14)
Konferensi Pers Oleh IMIPA SULUT, dalam Penyampaian sikap guna merespons
rekonsiliasi yang tidak di tanda tanggani oleh IMIPA SULUT
(28/10/14) Pemantauan
Mahasiswa Papua di Sulawesi Utara terhadap Pemberintaan media massa setelah
penyampaian sikap ke pers pada (27/10/14). Dimana tidak ada Pemberitaan sedikitpun,
mengenai Penyampaian Sikap IMIPA SULUT di media. “Media tidak mempublikasikan
Pernyataan Sikap Organisasi IMIPA SULUT.
(28/10) Surat ke
Perguruan Tinggi se-Sulawesi Utara guna Absensi Bebas (Pemogokan Kuliah) bagi
keseluruhan mahasiswa papua di Sulawesi Utara.
(02/11/14) Pengurus
IMIPA SULUT berangkat ke jayapura, untuk menyampaikan permasalah yang terjadi
di sulawesi utara, kepada Pemprov.Papua di Jayapura
Semoga Kritikan ini
bisa di asumsikan sebagai semangat Tujuan yang mulia untuk memperbaiki, tatanan
dalam hidup pada kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Oleh Boy Jen Paririe (Mahasiswa Papua-Yogyakarta)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar