TEAM INVESTIGASI IMIPA PUSAT-SULUT
Ikatan Mahasiswa Indonesia Papua telah membuat tim Ivetigasi atas pembunuhan almarhum Petius Tabuni Oleh IMIPA Sendiri.
Dibawa ini adalah hasil Pengakuan Dari Kronologi yang benar Oleh Mahasiswa Papua sesuai Kronologinya.
Sekitar jam 02.30
WITa Awal Mula Masalah
(Wedison Kogoya)
yang mengendarai mobil Avanza, bersama dengan temannya Jeck Kogoya dan Kores
Arwam, Sekitar jam 2 keluar cari akua di Tataaran dekat antara Pertigaan dan
Atm, mencari toko tapi tidak ada yang buka pada saat itu, kemudian menoleh ke
arah ATM ada seorang berhadapan dengan (L dan S) yang sedang beradu argumen.
Sehingga saya lekas turun dari Mobil dan saya menghampiri mereka dan mengatakan,
bapak “biarkan mereka. Kemudia bapak itu membiarkan mereka, Saya pun
berjabatangan dengan bapak itu. Kemudian saya menyuruh mereka untuk segera
kembali ke asrama Kamasan VI. Karena saya berlawanan arah dengan mereka
sehingga saya memutar mobil untuk bisa mengawal mereka. Pada saat saya memutar
mobil, mereka (Lazarus Lambe dan Semi Lambe) sudah mengunakan motor mendahului
saya, menuju ke arah asrama Kamasan VI. Setelah saya memutar mobil dan
mengikuti mereka dalam perjalanan menuju asrama, kedua teman mahasiswa (Lazarus
Lambe dan Semi Lambe) sudah di keroyok,
ada beberapa yang menggunakan Piso dan pedang. Karena kami melihat mereka
mengeroyok Lasarus dan semi sehingga kami menuju asrama untuk sampaikan pada teman-teman di asrama, dengan maksud pergi
menyelamatkan mereka dengan baik. Ketika saya sampaikan pada mereka, teman-teman
yang lagi mebuat syukuran pada acara wisuda mahasiswa itu, sehingga mereka yang
mendengar ikut kembali ke tempat kejadian perkara. Jarak dari asrama ke TKP
sekitar 700-800 meter.
Hal yang sama di
katakan oleh kedua Mahasiswa (Lazarus Lambe dan Semi Lambe) Awal mula tujuan ke
ATM BRI, tepatnya di pangkalan ojek atau
di depan ATM Bank Sulut. Disana kami bertemu dengan seseorang yang mengaku diri
keamanan disekitar situ, untuk menyuh kami pulang. Sehingga kami pun bertujuan
untuk kembali ke asrama, bersamaan
dengan itu ada teman kami yang datang mengunakan mobil. (Wedison) mereka
menggunakan Mobil Avanza, kami kembali ke asrama Kamasan VI Tondano, sewaktu
dalam perjalanan menuju asrama tepatnya di selokan sungai JEMBATAN KUNING,
karena pada saat itu saudara (S) topinya tertiup angin hingga jatuh dan maksud kami
untuk mengambil topi (Semi L) yang terjatuh.
Sekitar jam 03.15
WITa
Pada saat mereka
menggambil topi tersebut kemudian ada suara orang yang tidak dikenal, karena
gelap, dia berkata “KIAPA NGANA” (Kamu kenapa), bersamaan dengan itu ada
sekitar 7 orang lainnya, mengejar kami
berdua (Lazarus Lambe dan Semi Lambe) ketika kami berusaha untuk menghidar atau
berlari kemudian mereka mengejar kami (Lazarus dan Semi) , dan ada yang menggunakan motor. Yang
mengunakan motor yang menyelip di depan kami, mereka melakukan penganiyaan
(menendang Sendi Lambe dan terbentur Lazarus, lalu kami berdua jatuh, kata Lazarus),
kemudian kami berdiri namun mereka memukul kami mengunakan tangan, kemudian
kami berlari dan terpencar ketakutan dan ada yang mengancam kami mengunakan
pisau dan Pedang. Sehingga saya (Lazarus) berlari menuju persawahan warga, dan
adik saya (Semi) berlari menuju ke sekitar area Asrama Raja Ampat, ada seorang
ibu yang melihat saya dan menyuru saya masuk kedalam asrama.
Sekitar jam 03.45
WITa
Saya (kata Lazarus)
berada di tempat persawahan disana sekitar 30 menit, kemudian saya mendengar
ada beberapa suara dan saya kenal kalau itu teman-teman mahasiswa papua dari
asrama Kamasan VI. Sehingga saya berani keluar dan menemui mereka dan mereka
menyuruh saya pulang ke asrama kamasan.
Sekitar jam 03.45
WITa
(Semi) Sewaktu di
asrama raja ampat saya bersembunyi, disana ada seorang ibu diasrama yang
melihat saya, sehingga ibu itu mengatakan masuk ke dalam rumah (asrama raja
ampat). Setelah sekita 25-30 menit berlalu, saya mendengar ada suara teman-teman
mahasiswa papua mereka mencari saya sehingga saya memberanikan diri untuk keluar
dengan maksud menemui mereka. Saya mengambil motor pada saat yang sama, saya
mendengar ada yang menghunus Pedang di atas aspal (sebelah Barat) sehingga saya
meninggalkan motor dan saya merapatkan barisan bersama dengan teman-teman
asrama.
Sekitar jam 04.00
WITa
Rombongan I. Teman
Kami (Frans Jikwa) Pada yang menuju ke depan pertigaan jalan Tataaran. Karena
pada waktu itu anak-anak tidak berhasil bertemu dengan kedua teman (Lazarus dan
Semi) sehingga anak-anak MELAMPIASKAN
KEMARAHAN MEREKA “secara spontanitas ke rumah-rumah warga”). Rombongan ke II mahasiswa
asrama kamasan yang bertemu dengan mereka tak lebih dari 15 menit mereka
menyusul Rombongan I (Pertama), rombongan ke II ini, yang bertemu dengan kedua (Lazarus
dan Semi)
Sekitar jam 04.00
wita
Warga TATAARAN mulai
berkumpul satu persatu dan semakain banyak, warga tataaran dengan membawa benda
tajam (Pedang, parang dan Tombak) maupun benda tumpul (Kayu, besi dan Batu),
Disitu juga ada anggota kepolisian yang ikut bergabung bersama masyarakat dan
melempari mahasiswa papua di RUAS JALAN JEMBATAN KUNING tersebut.
Pada saat
Bentrokan antara Warga Tataaran versus Mahasiswa papua, pada saat itu saudara (sdr.Lazarus)
keluar dari barisan sehingga dia (sdr Lemius) terkena goresan pedang dengan
luka berat warga tataaran. Teman-Teman Mahasiswa Papua berupaya untuk menyelamatkan
sdr. Lemius, serta ditandu menuju asrama, semua teman-teman di asrama melihat
(sdr.lemius) yang bersimbah darah mereka tidak menerima perlakukan warga
tataaran.
ALMAHRRUM PETIUS
TABUNI melihat keponakannya (sdr.Lemius Jikwa) berlumuran darah, maka Almahrum tidak
menerima kenyataan (Pamanya di pukul dengan Balok oleh warga tataaran), Almahrum
marah dan bersama-sama dengan Mahasiswa di Asrama menuju kerumunan warga
Tataaran di depan ruas jalan Tataaran, Kejar kejaran antara warga Tataaran vs mahasiswa
papua silih berganti saling menyerang dimana Warga Tataaran mengunakan beberapa
alat tajam (Pedang, Parang, pisau dan Tombak dan alat tumpul lainnya (tidak
bisa dipastikan), sehingga mahasiswa papua terdesak mundur ke asrama kamasan VI.
Disana semua warga Masyarakat Tataaran sudah berkumpul dengan maksud mereka
masuk dan menyerang Mahasiswa Papua yang berada di asrama kamasan VI, jumlah
yang saat itu mengikuti syukuran dan acara wisuda dan terjebak dengan keadaan
penyerangan warga tataaran berjumlah 447 orang, itu terdiri dari mahasiswa
papua yang berkuliah di Tondano, Tomohon dan Manado.
Di Asrama Kamasan
semakain banyak warga Tataaran yang sudah berkumpul dan melempari Asrama
Kamasan VI dengan Batu, mereka juga mempersenjatai diri dengan benda tajam (Panah
wayang, Pedang, Parang, Pisau, Tombak), benda tumpul (Kayu, Batu, Besi) ada
yang menggunakan senapang angin. Pengepungan ini, terjadi hingga siang hari sekitar
jam 11.00 WITa. Warga Tataaran juga mengintimidasi Mahasiswa Papua di semua asrama
kabupaten-kabupaten/Kota se tanah papua lainnya yang berlokasi di Wilayah
Tataaran, hingga akhirnya polisi silih berganti menjemput mahasiswa di tiap
asrama. Polisi juga mengamankan asrama-asrama kabupaten-kabupaten/kota yang
berada di Tataaran. Ketika semua mahasiswa yang diungsihkan sementara di asrama
Putra Kamasan VI di perkirakan berjumlah 600an orang mahasiswa papua yang
berada di Tondano, dimana mereka semua berkuliahan di UNIMA Tondano.
Oleh: P.Lokon
1 komentar:
papua setang.. dp nama klo merantau itu harus membaur, jang piara tu bau badan dgn kalakuan suwanggi spy trg nyanda mo bla dua pa ngoni
Posting Komentar